Naikkan Gairah Perekonomian, Jepang Target Inflasi Dua Persen
Pemerintah Jepang sangat percaya target inflasi 2 persen tercapai dua tahun mendatang setidaknya

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Jepang sangat percaya target inflasi 2 persen tercapai dua tahun mendatang setidaknya akhir tahun 2015 atau awal tahun 2016. Target inflasi 2 persen itu untuk meningkatkan gairah perekonomian Jepang dalam waktu dekat ini. Setidaknya itulah kebijakan PM Jepang Shinzo Abe yang dikenal dengan nama Abenomics.
Salah satu pembuat kebijaksanaan Abenomics itu adalah Etsuro Honda, Penasehat khusus Ekonomi PM Jepang Shinzo Abe yang juga Profesor di Universitas Shizuoka. Tribunnews.com berkesempatan
mewawancarainya di Kantor PM Jepang,Tokyo, Jumat(26/4/2013).
"Saat ini kita ingin meningkatkan gairah ekonomi Jepang dengan men-set target inflasi 2 persen dalam dua tahun mendatang supaya penghasilan meningkat, gaji pegawai meningkat, berarti banyak belanja, dan perekonomian kembali bergairah. Tetapi semua itu yang terpenting saat ini adalah kita harus bisa keluar dari situasi kondisi deflasi yang masih kental membayangi perekonomian Jepang saat ini," paparnya.
Nilai yen kelihatan melemah, pasar modal jauh bergairah saat ini, indeks saham meningkat, para perusahaan eksportir semakin dapat untung banyak, nantinya kita berharap gaji meningkat, jumlah lowongan kerja semakin banyak bisa menyerap tenaga kerja dan pada akhirnya indeks konsumen dapat meningkat baik, tekannya lebih lanjut.
Honda mengakui masih banyak orang mempertanyakan upaya Abe tersebut, tetapi dengan tegas Honda meyakinkan, "Pasti bisa dan saya yakin bisa mencapai target tersebut dalam dua tahun mendatang. Kita harus percaya dan memberikan motivasi yang detil serta jelas kepada orang-orang yang masih kuno belum mau menerima perubahan ini. Kalau kita semua umumnya sudah satu hati, semua akan jauh semakin mudah terwujudkan."
Sementara itu Honda juga mengakui hutang nasional Jepang sangat besar sekali saat ini. Karena itu Honda melihat hal itu masih perlu mencari rumusan yang cepat, solusi yang baik, agar hutang tidak bertambah besar, tetapi juga dorongan perekonomian dapat dilakukan dengan baik, "Keseimbangan semua hal semua faktor memang sangat penting di Jepang saat ini. Kalau kita semakin besar hutangnya, orang akan takut membeli Obligasi Nasional Jepang (JGB) akan membahayakan harga JGB dan Jepang secara keseluruhan. Semua ini harus dijaga dengan sangat hati-hati di tengah hutang pemerintah Jepang yang sangat besar saat ini.
Diperkirakan hutang pemerintah Jepang sekitar 1200 triliun yen saat ini, atau dua kali dari produk domestik kotor (GDP) sekitar 600 triliun yen tahun lalu.
Nilai yen yang melemah, pada kenyataan di Jepang membuat harga bensin semakin mahal karena impor dari luar negeri. Dampaknya kebutuhan sehari-hari semakin mahal. Menanggapi hal ini Honda menyatakan bahwa dampak tersebut merupakan satu faktor di antara banyak faktor positif yang ada sebagai akibat nilai yen merendah.
"Dalam secara global, kami yakin tak akan banyak perubahan drastik dalam harga minyak. Sementara dampak eksportir yang banyak keuntungan saat ini karena yen semakin lemah, memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar bagi perekonomian nasional secara menyeluruh," paparnya.
Meskipun demikian memang diakuinya bahaya kalau tahu-tahu mendadak harga minyak meningkat tinggi, di tengah nilai yen yang lemah, hal ini akan membahayakan rencana Abenomics tersebut.
Namun secara garis besar Honda berulang kali sangat yakin kebijakan Abe ini dapat mendongkrak ekonomi Jepang dalam dua tahun mendatang jauh lebih bergairah lagi dibandingkan saat ini.