Tiga Bank Baru Buka di Jambi Tahun ini
Setidaknya sudah tiga bank mengurus perizinan beroperasi di Jambi. Namun Bank Indonesia masih mengunci rapat nama mereka.
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Tingginya serapan kredit perbankan di Jambi merangsang sejumlah bank baru dari luar provinsi tertarik membuka usahanya di Jambi. Setidaknya sudah tiga bank mengurus perizinan beroperasi di Jambi. Namun Bank Indonesia masih mengunci rapat nama mereka.
"Sekarang dalam proses perizinan. Sudah ada tiga bank. Ke depan kita proyeksikan bertambah," kata Pemimpin BI di Jambi Marlison Hakim, Jumat pekan lalu. Kehadiran mereka seakan mengonfirmasi legitnya bisnis perbankan di Jambi. Berdasar data BI, sepanjang 2012 tercatat penambahan puluhan kantor cabang baru.
Hingga pengujung 2012, total terdapat 330 kantor bank di Jambi tersebar ke kabupaten/kota dengan jenis usaha, yakni 30 bank umum dan 16 BPR. Mereka terus berekspansi mendekatkan layanan ke nasabah. Menggali dana pihak ketiga sekaligus menjawab kebutuhan dana segar debitur.
Bahkan, merujuk penjelasan Marlison, tidak sedikit perbankan di Jambi mendatangkan dana segar bank sejawat di luar provinsi demi menambal tingginya serapan kredit itu. Sebagai gambaran, dengan rasio penyaluran kredit perbankan menembus angka 106 persen, data BI mencatat di Jambi telah digelontorkan kredit senilai Rp 18,8 triliun sepanjang 2012.
Dengan jumlah dana pihak ketiga terkumpul Rp 17,7. Tingginya permintaan likuiditas memaksa perbankan di Jambi meminta bantuan bank sejawat, termasuk lewat skema channeling.
"Misalkan BNI dibantu cabang (lain). Mungkin dari Palembang atau Lampung," kata Marlison seraya menyebut praktik pinjam antarkantor bank itu.
Hanya BI mengaku tidak bisa membeberkan besaran aliran suplai dananya, termasuk bank serapan kredit terbesar. Kendati sebutnya, praktik seperti itu lazim di perbankan, yakni, perbankan overlikuiditas membantu bank sejawatnya yang memerlukan dana segar dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Apalagi selisih lending dan funding masih menjadi andalan perbankan di Jambi mendenyutkan jantung operasionalnya.
"Kalau Provinsi Jambi rasionya 106 persen. Ini termasuk daerah lending. Penyaluran kredit cukup besar karena bagi perbankan kredit itu sumber penghasilan. Sehingga banyak investor perbankan besar berminat buka di sini," terang Marlison. Mereka sebut Marlison, benar-benar perbankan di luar bank yang telah buka (existing) di Jambi.
Tak kalah agresifnya, perbankan existing menjawab tantangan itu dengan mempertajam penetrasi pasarnya ke kabupaten/kota, dengan membuka kantor cabang baru. BRI Syariah semisal, tahun ini disebut-sebut bakal menambah empat kantor cabang baru, dan tersebar di Muaro Jambi, Bungo dan Tebo.
Sektor UMKM masih menjadi target utamanya. "Potensi di daerah sangat besar. Seperti Bungo, Sei Bahar, terutama UMKM," kata Pemimpin BRI Syariah Cabang Jambi Nur Huda, dalam sebuah kesempatan. Tidak mengherankan, Gubernur HBA saat coffee morning dengan kalangan perbankan dan pengusaha, pekan lalu, meminta perbankan bersinergi membantu membiayai investasi di Jambi.
Itu sejalan dengan keinginan HBA mendorong pengusaha lokal mengambil peran dalam menggerakkan industri hilir di Jambi. Melihat postur perbankan di Jambi sepanjang 2012, dan proyeksi pertumbuhan di atas 7 persen, agaknya itu bukan kerja menegakkan benang basah.
Tahun 2012, aset perbankan di Jambi Rp 24 triliun, tumbuh 14,3 persen. Jauh di atas pertumbuhan perbankan nasional yang bergerak 10,3 persen, meski DPK lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Hanya 8 persen dibanding 10,3 persen. Kredit meningkat 25 persen, sedangkan nasional hanya 17,5 persen.
Kredit investasi dan modal kerja mendominasi, dengan porsi 60,9 persen. Kredit investasi menyokong 45,24 persen andil. Kondisi Jambi yang aman menjadi positif list investasi. (hdp/ags)