Empat Cara kota Tokyo Terbebas dari Masalah Kekurangan Perumahan
Tidak seperti kebanyakan ibu kota lainnya di dunia, Tokyo tidak alami kekurangan perumahan. Kami bertemu dengan para pakar di Jepang…
Tidak seperti banyak ibu kota lainnya di dunia, Tokyo tidak mengalami kekurangan perumahan.
Sebaliknya, proyek pembangunan yang lebih diterima oleh warganya selama beberapa dekade, memicu jumlah perumahan yang surplus.
Ibu kota Jepang terkenal sebagai kota yang jarang terjadi "nimbyisme". Ini adalah singkatan dari NIMB atau not in my yard, yakni perilaku yang tidak mau atau tidak menerima sesuatu dibangun di dekat tempat tinggal mereka.
Beberapa warga Tokyo bahkan dengan bangga menyebut kotanya sebagai 'yimby' dari kalimat yes in my yard, sehingga kebutuhan warga kota lebih diprioritaskan ketimbang aktivis lokal.
Hasilnya adalah Tokyo bisa beradaptasi cepat terhadap harga sewa yang berubah-ubah.
Populasi Jepang yang tidak hanya menua, tapi juga berkurang, sudah berkontribusi terhadap kelebihan pasokan tempat tinggal.
Tapi dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, seperti New York, Paris, Sydney, atau London, Tokyo secara konsisten unggul dalam pasokan perumahan baru, sehingga membantu mencegah lonjakan harga sewa.
Berikut adalah empat pembelajaran unik dari Tokyo, yang mungkin beberapa bisa diterapkan di kota-kota lain, atau malah tidak bisa sama sekali karena perbedaan kondisi.
Zona didefinisikan lebih longgar
Pasar perumahan di Tokyo mengalami pertumbuhan pesat, setelah sebagian besar lahannya hancur akibat Perang Dunia II.
Ketimbang mengatur pembangunan dengan aturan zonasi yang kaku, pemerintah Jepang mengambil "pendekatan yang lebih ringan" dalam perencanaan kota.
Memang ada banyak pembatas, tapi pengembang masih punya banyak kebebasan.
Kota-kota di Jepang memiliki 12 zona yang mencakup berbagai tingkat pengembangan perumahan, komersial, dan industri.
Rumah-rumah bisa dibangun di setiap zona, kecuali di zona yang diperuntukkan bagi industri berat. Sementara usaha komersial kecil bisa dibangun di kawasan pemukiman.
Hal ini sangat berbeda dengan sistem "zonasi Euclidean", yang biasanya diterapkan di Amerika Serikat atau Australia, di mana undang-undang zonasi hanya mengizinkan satu jenis penggunaan, misalnya perumahan saja atau industri saja.
Akibatnya, Tokyo memiliki tata ruang yang jauh lebih terdesentralisasi dan beragam, dibandingkan dengan pusat kota bergaya Australia yang dikelilingi pinggiran kota.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.