Senin, 6 Oktober 2025
ABC World

Baru 20 Persen Turis China Mengunjungi Australia Walau Perbatasan Internasional Sudah Dibuka

Setelah tiga tahun COVID, Australia berharap gelombang kedatangan turis asal China akan meningkat setelah perbatasan negara itu…

Ketika China mengakhiri penutupan perbatasan internasional bulan Januari lalu, praktisi pemasaran online Tianni Ren segera merencanakan perjalanan bagi 14 stafnya ke Australia.

Dia berharap salah satu lokasi yang akan dikunjungi adalah danau garam berwarna pink di Australia Barat yang pernah dilihatnya di media sosial.

Tetapi dia berakhir membawa stafnya dari kota Hangzhou ke Selandia Baru, karena Australia tidak termasuk negara yang mendapatkan lampu hijau dari Pemerintah China sebagai destinasi bagi rombongan wisata.

Padahal sebelumnya sudah 20 tahun Australia menjadi salah satu pasar turis utama bagi China sebelum kemudian berhenti pada awal tahun 2020.

"Kami bertanya kepada agen kami dan diberitahu bahwa Australia tidak masuk dalam kelompok untuk tur rombongan," kata Ren merujuk ke Status Destinasi Yang Disetujui (ADS) yang ditetapkan China bagi 60 negara.

"Sayang sekali kami akhirnya tidak bisa melihat danau pink."

Setelah tiga tahun karena COVID dan berharap gelombang turis China akan kembali lagi setelah perbatasan internasional dibuka, sampai kini kenyataan itu masih jauh dari harapan.

Selain masalah visa dan harga yang tinggi, kurangnya penerbangan langsung dari China serta minimnya pemandu wisata yang bisa berbahasa Mandarin telah membuat industri pariwisata yang merupakan industri keempat terbesar Australia belum sepenuhnya bangkit lagi.

Pada bulan Februari, sebulan penuh sejak perbatasan China dibuka kembali, Australia menerima kedatangan sekitar 40.430 turis jangka pendek dari China.

Menurut data Biro Statistik Australia (ABS) angka ini hanya 20 persen dari angka yang sama pada 2019, dan jauh di bawah angka turis China yang berkunjung ke Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat.

Menurut perusahaan data penerbangan Cirium, jumlah penumpang dalam penerbangan dari China ke Australia juga hanya sekitar 20 persen pada bulan Februari dibandingkan saat pandemi.

Padahal menurut Institut Penelitian Turis China yang Bepergian ke luar negeri, sebuah perusahaan konsultan di Jerman, jumlah keseluruhan warga China yang sudah bepergian adalah 66 persen dibandingkan tingkat sebelum pandemi.

Pemerintah China tidak memberikan alasan mengapa Australia tidak lagi mendapat status tujuan bagi rombongan wisata dari China.

Namun, mereka yang berkecimpung di industri ini mengatakan masalah politik berperan besar, seiriang dengan hubungan yang belum pulih antarkedua negara di tengah sengketa dagang dan juga meningkatnya ketegangan antara Barat dan China.

Lembaga pemasaran wisata, Tourism Australia, menolak memberikan komentar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved