Solidaritas Warga Sri Lanka Tetap Terlihat Saat Terjadi Serangan Teror
Di tengah kepanikan akibat bom bunuh diri di dalam gereja Santo Antonius di Kolombo, Sri Lanka, seorang warga Muslim setempat dengan…
Keberadaan gereja Santo Antonius merupakan pencerminan toleransi dan hubungan antaragama yang ingin dihancurkan oleh kaum radikal dari semua kepercayaan. Kelompok teroris ISIS sendiri pernah menyebutnya sebagai "zona abu-abu".
Di luar gedung gereja ini pada Senin kemarin, solidaritas masyarakat masih tetap terlihat setelah serangan itu.
Tampak serombongan biarawati berjalan melewati penjagaan polisi dan masuk ke area TKP.

Kekuatan ledakan bom membuat batu-batu terlepas dari dinding bagunan, atap bolong dan puing-puing berserakan di lantai.
Di luar gereka, sejumlah warga berdoa dalam diam, ada juga yang berdoa sambil membuat tanda salib.
Warga bergama Hindu yang baru pulang dari kuil juga berhenti untuk memberikan penghormatan. Sementara sejumlah biksu dari kuil Bunda di dekat situ juga datang di sana.
Namun bagi keluarga korban, dukacita mereka belum juga reda.
Salah satunya, Sorjiney Puwaneswari (55), yang masih terus bolak-balik di sekitar gereja dan dengan putus asa mencari saudaranya yang hilang sejak serangan bom.

Kakak perempuan Sorjiney sebelumnya memberitahu akan pergi kebaktian Paskah siang hari. Namun entah mengapa, katanya, dia mengubah rencana itu dan pergi kebaktian Pukul 8.30 pagi.
"Saya sudah mencari saudaraku dari pagi sampai tengah malam," kata Sorjiney kepada ABC.
"Saya akan terus mencarinya. Entah apa yang terjadi dengannya, saya merindukan dia," ujarnya.
Seluruh gereja di Sri Lanka langsung ditutup pada Minggu malam usai kejadian. Petugas pun memperketat penjagaan.
Tentara dan polisi bersenjata lengkap tampak menjaga gereja Santo Antonius, dibantu personil Angkatan Laut yang markasnya tidak jauh dari sana.