Sabtu, 4 Oktober 2025
ABC World

Imbas Penyalahgunaan Cagar Alam di Balik Banjir Bandang Sentani

Banjir bandang yang melanda wilayah Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua, telah berlangsung sepekan dan membuat lebih dari 9600 orang…

Banjir bandang yang melanda wilayah Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua, telah berlangsung sepekan dan membuat lebih dari 9600 orang mengungsi. Untuk menghindari bencana serupa berulang, relokasi semua pemukiman yang berada di wilayah banjir dan cagar alam Cyclop-pun mulai direncanakan.

Alam menjawab tindakan destruktif manusia. Sejak sekitar 7 tahun belakangan, wilayah Danau Sentani dan cagar alam Cyclop makin banyak ditinggali pemukim.

Para pendatang ini menempati wilayah hutan yang tak seharusnya tersentuh manusia. Mereka membuka lahan baru yang banyak diisi dengan perkebunan tradisional.

Sebelum banjir bandang terjadi 17 Maret pekan lalu, ada sekitar 600 kepala keluarga yang bermukim di sekitar Danau Sentani. Belum lagi, lebih dari 2000 warga yang tinggal di daerah yang kini terdampak parah.

"Terakhir banjir di Sentani 2007. Korbannya tidak sampai 10, mungkin ada 4 atau 5," kata Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, kepada ABC.

"Ya memang skala banjir bandangnya yang meluas dan lebih besar," imbuhnya.

Banjir bandang kali ini diikuti dengan kenaikan level permukaan air Danau Sentani setinggi 2 meter, sebut Mathius. Akibatnya semua rumah di sekitar danau terendam, dan hanya menyisakan bangunan gereja dan Gedung sekolah, yang memang terletak di dataran lebih tinggi.

Menurut Bupati, curah hujan yang tinggi turut menjadi faktor penyebab banjir. Meski demikian, Mathius tak menampik kerusakan lingkungan sebagai faktor yang sangat penting.

"Pertama curah hujan, kemudian lingkungan yang tidak terjaga baik. Karena kan kawasan Sentani ini berada di dalam cagar alam Gunung Cyclop, perambah hutan juga lumayan," sebutnya.

"Ini kan kondisi di Papua, banyak masyarakat kami di beberapa kabupaten di pegunungan itu banyak warga masyarakatnya yang turun ke Jayapura."

"Tetapi dari segi ekonomi, tidak bisa lah ada di kota dan untuk bertahan hidup mereka berkebun di daerah-daerah yang sebenarnya tidak boleh," jelas Mathius.

Area bermukim yang makin melebar, hingga masuk wilayah hutan, itu juga bisa dilihat dari potret populasi di sana.

Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, ada peningkatan drastis dari jumlah penduduk di Kabupaten Jayapura.

"Susah kita deteksi juga karena migrasi datang pergi datang pergi dan tinggalnya juga dari satu keluarga berpindah ke keluarga lain. Jadi penduduk yang ada (sekarang) ini 252.000 sekian ya."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved