Warga di Sepanjang Selat Sunda Diminta Jauhi Wilayah Pantai
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia meminta warga yang tinggal di dekat Gunung Karkatau untuk menghindari…
Mereka mengatakan, dinding air yang tinggi terlihat menghantam wilayah mereka dengan kecepatan tinggi, mengoyak pepohonan dan mencabut akar mereka.
Terperangkap ombak
Tati Hayati sedang menikmati malam yang menyenangkan bersama 10 orang lainnya ketika bencana itu melanda.
"Tidak ada tanda-tanda tsunami ketika kami berada di pantai. Laut tidak surut," kata Tati.
"Lautnya tenang dan cerah dengan bulan purnama."
Ketika ia melihat gelombang tinggi yang bergerak cepat meluncur menuju pantai, ia berlari ke mobilnya dan berhasil masuk ke dalam.
Tapi ia tak bisa berlari lebih cepat.
Ia mengatakan, mobilnya dihantam oleh tiga gelombang, menerobos jendela belakang dan mengisi kendaraan itu dengan curahan air.
"Kami terkunci di dalam. Mobil itu bergoyang di tengah ombak dan kami pikir kami semua akan mati," kata Tati.
"Kami hampir tak bisa bernapas dan saya hampir menyerah ketika saya meraba-raba kunci di dalam air dan berhasil membuka pintu, dan air mulai surut."
"Kami keluar dari mobil dan lari ke tempat yang aman."
Lebih dari 16.000 orang mengungsi dari tempat tinggal mereka dan alat berat sangat dibutuhkan di Kecamatan Sumur, di dekat Taman Nasional Ujung Kulon untuk membantu mengalirkan bantuan dan menjangkau orang yang mungkin terluka atau terperangkap, kata Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
