Jumat, 3 Oktober 2025
ABC World

Perang Dagang AS-China Meningkat, Pertumbuhan Ekonomi Global Memburuk

Menurut perkiraan ekonomi terbaru yang dikeluarkan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), proyeksi perlambatan…

Pertumbuhan di Amerika Serikat diproyeksikan melambat dari hampir 3 persen sekarang, menjadi lebih dari 2 persen pada tahun 2020. Dan tingkat pertumbuhan China saat ini diharapkan melambat perlahan hingga 6 persen pada tahun 2020.

Namun laporan itu menunjukkan "dampak buruk dari tarif akan naik secara signifikan" jika Amerika Serikat menaikkan tarif impor komoditi dagang senilai $ 200 miliar (atau setara Rp 2 kuadriliun) dari China menjadi 25 persen pada Januari tahun depan, dengan tindakan pembalasan yang diambil oleh China.

Ini akan hampir menggandakan dampak pada PDB (Produk Domestik Bruto) di Amerika Serikat dan China pada 2020 dan 2021, dengan perdagangan dunia menurun lebih dari 0,6 persen, kata laporan itu.

Dalam lingkungan perdagangan yang genting seperti ini, pembuat kebijakan global harus siaga dan siap bertindak.

Pemimpin dunia didesak perbaiki kepercayaan diri

Mengingat suku bunga sudah rendah di negara maju seperti Amerika Serikat, ada ruang terbatas untuk menggunakan kebijakan moneter untuk bertindak. Ini berarti pemerintah harus menggulirkan stimulus fiskal.

Boone, mantan kepala ekonom untuk asuransi global AXA dan penasihat ekonomi senior untuk mantan presiden Prancis, Francois Hollande, mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk "memulihkan kepercayaan dan kerja sama".

"Itu berarti pertama-tama, duduk di meja perundingan, dalam sistem berbasis aturan internasional, untuk benar-benar membahas langkah-langkah tarif dan non-tarif untuk perdagangan," katanya.

"Ini juga berarti mendiskusikan dan mengupayakan kemungkinan kerja sama fiskal jika penurunan lebih parah daripada yang kami proyeksikan."

"G20 melakukannya untuk kebijakan moneter pada 2009, mereka bisa melakukannya lagi untuk kebijakan fiskal jika penurunan terjadi selama dua tahun ke depan."

Tangani ketidaksetaraan

Laporan itu mengatakan, pemulihan sejak krisis keuangan global tidak menyebabkan perbaikan nyata dalam standar hidup bagi banyak orang, dan itu telah memicu ketidakpuasan warga.

Boone mengatakan globalisasi dan digitalisasi, meski menuai manfaat bagi banyak orang dan mengangkat jutaan orang dari kemiskinan, juga meningkatkan ketidaksetaraan.

"Tetapi juga, dan terutama di negara maju, mereka telah menciptakan pemenang dan pecundang dan kami belum memberikan perhatian yang cukup kepada mereka yang belum menang," katanya.

"Kini, kami perlu untuk memfokuskan kembali kebijakan pada hal ini, dan itu berarti meningkatkan keterampilan, itu berarti menargetkan belanja sosial ke (golongan) yang kurang mampu."

"Ini juga berarti melihat ke perusahaan - sebagian kecil perusahaan - yang memperoleh banyak manfaat dari digitalisasi, tanpa, mungkin, berbagi cukup baik dengan para pekerja."

Dalam konteks Australia, laporan tersebut menunjukkan bahwa meski upaya untuk mengembalikan anggaran federal ke surplus adalah penting, "prioritas untuk memerangi ketidaktercakupan sosial-ekonomi - misalnya melalui reformasi pendidikan dan dukungan yang ditingkatkan untuk pencari kerja - harus dipertahankan".

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved