Pilkada Serentak di Indonesia: Dari Gangguan Mistis Sampai Keamanan

Pilkada juga tidak lepas dari ancaman keamanan.

Hari Senin (25/06), orang-orang bersenjata di Papua menyerang sebuah pesawat kecil yang membawa polisi paramiliter serta perlengkapan pemilihan sesaat setelah mendarat di bandara Kenyam, di kabupaten Nduga yang terpencil.

Pilot ditembak di belakang, tetapi dalam keadaan selamat.

Sementara tiga warga tewas setelah ditembak dam ditikam dan para penyerang melarikan diri dari bandara.

Sejumlah pejabat khawatir pilkada akan menyulut api untuk banyak kekerasan yang terjadi.

Pilkada rasa pilpres

Photo: Presiden Jokowi dan istrinya saat memilih untuk gubernur DKI Jakarta. (Supplied)

Pilkada 2018 lebih terasa seperti pemilihan presiden

Sejumlah pengamat politik mempelajari sinyal-sinyal dari partai mana yang akan membentuk koalisi jelang pemilihan presiden tahun depan.

Eve Warburton, salah satu pengamat yang kini sedang berasama Institut Studi Asia Tenggara, adalah salah satu yang memperhatikan jalannya pilkada dari pulau Jawa.

Dia mengatakan kandidat-kandidat jagoan di Jawa saat ini sejalan dengan Presiden Jokowi yang berkuasa.

"Semua kandidat yang sepertinya akan menang ... memiliki hubungan baik dengan Jokowi," katanya.

"[Jadi] siapa pun yang menang [di Jawa], saya melihat tidak memiliki arti signifikan pada Pilpres atau mempengaruhi peluang Jokowi pada 2019."

Beberapa kandidat lokal telah dikritik karena terang-terang menyatakan mendukung Presiden Jokowi.

Meski Presiden Jokowi tidak terlibat dalam pemilihan ini, tapi sejumlah kandidat berharap dengan menunjukkan dukungan ke Jokowi mereka juga akan mendapat dukungan dari pemilih.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan Presiden Jokowi kemungkinan besar akan memenangkan pemilihan presiden, yang akan digelar 17 April 2019, meskipun lawan-lawannya belum menyatakan siapa yang akan maju melawannya.

Mantan petinggi militer, Prabowo Subianto diperkirakan akan kembali maju pada pilpres 2019.

Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.