Selasa, 7 Oktober 2025
ABC World

Presiden Donald Trump dan Pemimpin Kim Jong-un Tiba di Singapura

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un telah mendarat di Singapura menjelang pertemuan tingkat…

Sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders mengatakan para pejabat Amerika Serikat dan Korea Utara akan mengadakan pembicaraan mulai hari Senin.

Ia mengatakan delegasi AS akan dipimpin oleh Sung Kim, seorang diplomat veteran yang baru-baru ini mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Korea Utara.

Seorang pejabat AS mengatakan pertemuan hari Senin bertujuan untuk membuat kemajuan 11 jam menjelang pertemuan kedua pemimpin, karena pertemuan Sung Kim sebelumnya tidak banyak \'menutup perbedaan\' antara kedua belah pihak soal definisi denuklirisasi atau kesepakatan soal komitmen tdari Pyongyang untuk membongkar senjata nuklirnya.

Kedatangan kedua pemimpin menandai satu langkah penting menuju pertemuan puncak yang sebelumnya diperkirakan para pengamat sebagai sesuatu yang mustahil, bahkan nyaris tidak terjadi.

Bulan lalu, Presiden Trump membatalkan pertemuan, dengan menyebutkan Pyongyang "menebar permusuhan secara terbuka". Tetapi kemudian ia mengumumkan telah menerima "surat yang sangat bagus" dari Kim, yang dikirim ke Gedung Putih oleh seorang utusan senior Korea Utara.

Pertemuan bisa mengarah pada kesepakatan untuk mengakhiri Perang Korea

Meskipun tujuan utama pertemuan dimaksudkan untuk melucuti Korea Utara dari senjata nuklirnya, Presiden Trump menggambarkan pertemuan ini sebagai ajang untuk \'saling kenal\'.

Ia juga telah meningkatkan kemungkinan pertemuan lebih lanjut dan kesepakatan yang mengakhiri Perang Korea, dengan mengganti gencatan senjata yang ditandatangani tahun 1953 dengan perjanjian damai.

China dan Korea Selatan sepertinya perlu menandatangani perjanjian hukum.

Ada spekulasi membingungkan tentang hasil apa yang akan didapatkan dari pertemuan keduanya.

Tujuan awalnya adalah "denuklirisasi penuh" dari Korea Utara.

Pyongyang mengatakan pihaknya bersedia untuk menghentikan seluruh program senjata nuklirnya, jika Amerika Serikat menyediakan jaminan keamanan dan memberikan manfaat lainnya.

Tetapi banyak pengamat mengatakan hal ini sangat tidak mungkin terjadi, mengingat betapa sulitnya bagi Kim untuk membangun program nuklirnya dan senjata nuklir tersebut dianggap sebagai jaminan utama bagi kekuasaannya yang tidak terkendali.

Setiap kesepakatan nuklir akan bergantung pada keinginan Korea Utara untuk mengizinkan dilakukannya inspeksi dari hulu ledak dan bahan radioaktif, yang kemungkinan sebagian besar disimpan di kompleks bawah tanah yang sangat luas.

Kesepakatan nuklir di masa lalu telah gagal karena keengganan Korea Utara untuk membuka pintunya terbuka bagi pihak luar.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved