Yuk Nonton Film Crayon Shin-chan di Plaza Senayan
Bagi penyuka film-film asal Jepang buruan ke di Studio XXI, Plaza Senayan, Jakarta.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi penyuka film-film asal Jepang buruan ke di Studio XXI, Plaza Senayan, Jakarta. Jimpact akan menggelar pemutaran berbagai film-film Anime baik untuk anak-anak, remaja maupun orang dewasa.
Film yang akan ditayangkan adalah Crayon Shin-chan The Movie : My Bride Who Traveled Through Time and Space, RE:CYBORG, Ghost in the Shell: Stand Alone Complex - Solid State Society 3D, After School Midnighters, Tiger & Bunny- The Beginning.
Kemudian, Garo-Soukoku No Maryu, One Piece The Movie : Episode of Chopper - The Miracle Winter Cherry Blossom dan Children who Chase Lost Voices.
Tidak hanya itu, program Jimpact - JAPAN ANIME + J-POP WEEK 2013 yang dimulai 14-20 Maret 2013 mendatang juga akan pemutaran berbagai rekaman pertunjukan musik Band asal Jepang yang menyajikan musik-musik J-Pop. Contohnya rekaman konser musik akan ditampilkan Ayumi Hamasaki.
"Kita ingin memberikan pemahaman serta menyebarluaskan berbagai konten Jepang kepada masyarakat di Indonesia juga bertujuan untuk memperluas pasar bagi konten Jepang dan tentunya melihat potensi-potensi kerjasama usaha dengan perusahaan di Indonesia", Muneyuki Kii, Corporate Executive Officer, Director of Entertainment Business Department T-Joy Co. Ltd. di Jakarta, Kamis (14/3/2013).
Jimpact, lanjut dia juga merupakan bagian dari proyek untuk mendukung langkah-langkah memperkuat industri Konten di bawah naungan Kementerian Perdagangan, Ekonomi dan Industri Jepang.
Jepang merupakan pasar film yang sangat besar dan merupakan terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China. Tetapi pendapatan tahunan bagi industri hiburan ini pada tahun 2012 hanyalah sekitar US$ 2,1 miliar (atau sekitar 20 Triliun Rupiah).
Para pemain industri perfilman di Jepang belum melakukan upaya yang memadai untuk mengambil resiko dan mulai merambah pasar luar negeri.
T-Joy menjadi salah satu pioneer dengan melakukan strategi yang fokus pada konten digital dan tidak hanya pada film tetapi juga konten-konten pertunjukan teater, olahraga tempur, olahraga umum dan konser termasuk siaran langsung dan mulai menyasar pasar diluar Jepang.
Muneyuki Kii menambahkan masyarakat Indonesia amat terekspos dengan film-film Hollywood, China, India dan film Lokal, sementara di Indonesia film animasi Jepang dianggap sebagai film anak-anak.
"Musik Jepang kalah popular dari musik gaya Korea, disisi lain Cosplay dan komik-komik Jepang memiliki penggemar yang tidak sedikit dan cukup popular, karenanya kami melihat ini sebagai potensi yang besar untuk memperluar masuknya konten Jepang," katanya.