Selasa, 7 Oktober 2025

Pengawal Soekarno Tutup Usia

Jasad Soekardjo Wilardjito terbaring tenang di dalam peti jenazah di ruang tengah rumahnya, Selasa (5/3/2013) petang.

zoom-inlihat foto Pengawal Soekarno Tutup Usia
TRIBUN JOGJA/Bramasto Adhy
Jenazah Soekardjo Wilardjito saat disemayamkan di rumah duka, Gancahan V, Sidomulyo, Godean, Sleman, Selasa (5/3/2013).

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Muchamad fatoni

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Jasad Soekardjo Wilardjito terbaring tenang di dalam peti jenazah di ruang tengah rumahnya, Selasa (5/3/2013) petang.

Sejumlah pelayat yang merupakan tetangga dan kerabat almarhum, terlihat datang bergantian, mengucapkan belasungkawa serta memanjatkan doa.

Namanya mungkin tidak begitu dikenal masyarakat luas. Namun, almarhum sebenarnya pernah menjabat sebagai pengawal presiden pertama RI, Ir Soekarno.

Bahkan, warga sekitar mengenalnya dengan nama Soekardjo 'Supersemar'. Nama itulah yang juga didapati, saat Tribun Jogja (Tribunnews.com Network) mencoba menanyakan kediaman Soekardjo kepada seorang warga.

Sebutan itupun diakui seorang putri almarhum, Gagarina. Menurutnya, masyarakat sekitar memang menyebut ayahnya seperti itu, lantaran saat masih aktif bertugas sebagai pengawal Soekarno, Soekardjo ikut terlibat dalam proses pembuatan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

"Memang bapak saya terkenalnya dengan sebutan itu. Warga sekitar sini rata-rata mengenal namanya karena peristiwa Supersemar," jelasnya saat ditemui di rumah duka, Gancahan V, Sidomulyo, Godean, Sleman.

Meski demikian, Gagarina mengaku hingga saat ini tak pernah mendengar cerita langsung dari sang ayah. Menurutnya, ayahnya memang terbilang sangat rapat menjaga rahasia, terkait salah satu bagian sejarah negara.

Gagarina menambahkan, karena ayahnya tak bercerita, anak-anaknya pun tak berani bertanya. Sebab, meski ditanya, ayahnya bakal bersikukuh tak akan menceritakan perihal tugas dan kisah pekerjaannya sebagai pengawal Sang Proklamator Negara.

"Jangankan saya yang terbilang kecil, kakak-kakak saya pun tak ada yang tahu cerita detail soal kisah Supersemar," imbuh nak keenam dari sembilan bersaudara.

Semasa hidup, Gagarina menceritakan, ayahnya adalah seorang tentara berpangkat Letnan Dua. Namun, hingga akhir hayatnya, sang ayah tak pernah menerima surat pemberhentian atau surat pemecatan dari kesatuannya.

"Sampai sekarang bapak tak ada keterangan atau surat pemecatan, jadi bisa dibilang masih aktif bertugas," tuturnya.

Soekardjo meninggal pada usia 86 tahun, karena penyakit lever yang diderita sejak beberapa bulan lalu. Menurut Gagarina, ayahnya juga sempat dirawat di RSUP Dr Sardjito, namun penyakit lever yang dideritanya terbilang sudah kronis, hingga akhirnya hanya dirawat kembali di rumah.

"Lever bapak sudah tidak berfungsi lagi, sudah rusak, ditambah lagi bapak sudah lumpuh dan tak bisa berjalan," terang perempuan yang berprofesi sebagai guru di SMK Sedayu.

Gagarina pun mengaku tak memiliki firasat apapun, menjelang kematian sang ayah. Bahkan, ayahnya juga tak pernah menyampaikan pesan terakhir sebelum akhir hayatnya.

"Keinginan beliau hanya satu, yaitu ingin bisa jalan lagi. Pesan yang lain sih enggak ada," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved