Sabtu, 4 Oktober 2025

Satu Ruang Kelas, Dua Papan Tulis, Dua Guru

Para murid SDN Sukaratu 03, Kecamatan Malangbong, belajar bersamaan dalam tiga ruang kelas.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Satu Ruang Kelas, Dua Papan Tulis, Dua Guru
TRIBUN JABAR
Wini Sofiani (depan kelas sebelah kiri), mengawasi murid kelas III yang sedang menulis. Sedangkan, Siti Khadijah (depan kanan) membacakan cerita kepada murid kelas II yang berseragam olahraga. Ruang kelas ini berada di SDN Sukaratu 03, Kecamatan Malangbong. Foto diambil Senin (18/2/2013).

TRIBUNNEWS.COM,GARUT--Para murid SDN Sukaratu 03, Kecamatan Malangbong, belajar bersamaan dalam tiga ruang kelas. Tidak heran, satu ruang kelas memiliki dua papan tulis karena setiap ruang digunakan dua rombongan belajar sekaligus.

Sekolah di tepi Jalan Raya Malangbong dan dekat Pasar Lewo ini bahkan memiliki satu ruang kelas yang digunakan tiga rombongan belajar. Pada pagi hari, ruang kelas ini digunakan secara bersamaan oleh rombongan belajar kelas I dan kelas III. Sekitar pukul 10.00, setelah kelas I pulang, para murid kelas II mengisi kelas itu dan belajar bersama kelas III sampai siang.

Satu ruang kelas lainnya digunakan secara bersamaan oleh rombongan belajar kelas IV dan kelas V. Sedangkan, rombongan belajar kelas VI memiliki ruang kelasnya sendiri.

Walaupun setiap rombongan belajar beranggotakan sekitar 20 murid, penyatuan kegiatan belajar dua kelas berbeda dalam satu ruangan pada satu waktu ini membuat kegiatan belajar sangat terganggu.

Guru kelas III, Wini Sofiani, mengatakan harus membuat kesepakatan dengan rekannya, guru kelas I dan kelas II, dalam mengatur kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian, dampak buruk akibat penyatuan dua kelas ini dapat dikurangi.

"Kami sepakat, kalau yang murid-murid kelas yang satu menulis, guru kelas lainnya baru bisa menjelaskan pelajaran di depan kelas. Kalau dua-duanya menjelaskan di depan kelas, murid akan semakin pusing. Guru seperti sedang berantem," kata Wini saat ditemui di kelasnya, Senin (18/2).

Walaupun telah diatur sedemikian rupa, kegiatan belajar dua rombongan kelas dalam satu ruang kelas dirasakan sangat mengganggu. Wini mengatakan terjadi pelambatan kegiatan belajar karena mereka harus membagi waktu belajarnya. Hal ini pun dirasakan oleh para muridnya.

Seorang murid kelas III, Desri (8), mengatakan sering merasa terganggu saat belajar. Menurut Desri, dia tidak bisa berkonsentrasi penuh saat belajar karena selalu terganggu dengan kegiatan belajar rombongan kelas di sebelahnya.

"Kayak sekarang, saya lagi nulis, guru kelas dua baca cerita. Saya jadi suka dengar cerita. Nulisnya jadi lama. Kalau guru saya lagi jelaskan, saya suka ingin tahu kelas satu atau dua nulis apa," kata Desri.

Kepala SDN Sukaratu 03, Suparman, mengatakan awalnya sekolah ini memiliki lima ruang kelas. Namun, pada Oktober 2012, dua ruang kelas yang hampir ambruk di antaranya direnovasi melalui program DAK 2011. Sejak saat itu, para murid dari enam kelas rombongan belajar harus belajar di tiga ruang kelas lainnya.

Pihak pemborong menjanjikan dua ruang kelas rusak itu selesai pada Desember 2012. Janjinya, anak-anak akan belajar di ruangan baru pada awal semester akhir ini. Namun, renovasi tak kunjung usai dan pengerjaan renovasi setengah jadi ini berhenti pada awal 2013.

Saat para murid berharap renovasi sekolahnya cepat usai, laju renovasi malah berjalan mundur. Sebab, pada Jumat (15/2), pemilik toko rangka atap baja ringan membongkar atap dua kelas tersebut. Genting-genting yang telah tertata pun diturunkan kembali.

"Katanya pemborong belum membayar rangka atapnya. Kami mencoba untuk menahannya tapi tetap dibongkar juga akhirnya. Atapnya jadi hilang. Sepertinya penyelesaian pembangunannya akan semakin lama. Para murid akan semakin lama belajar seperti ini," ujar Suparman.

Sama seperti harapan para murid, Suparman berharap dua ruang kelas yang sudah dibongkar itu segera selesai direnovasi. Dengan demikian, 132 muridnya dapat kembali melakukan kegiatan belajar secara normal.

Saat dihubungi melalui sambungan telepon, pihak pemborong, CV Gapura Sawargi, tidak mengangkat panggilan telepon di kantornya. Begitupun dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Mahmud, yang tidak mengaktifkan telepon selulernya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved