Bayar Iuran tapi tak Boleh Pasang Tenda
Doa agar hujan tak turun, setiap hari selalu dilantunkan Budi (bukan nama asli) dalam hati.
Laporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Doa agar hujan tak turun, setiap hari selalu dilantunkan Budi (bukan nama asli) dalam hati.
Pedagang bakso yang berjualan di trotoar depan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) mengatakan, hujan membuatnya harus bergegas menyelamatkan barang dagangan seperti kecap, saos, dan cabai.
Namun, Sabtu (16/2/2013) sekitar pukul 13.30 WIB, doa Budi tidak terkabul. Hujan turun dengan lebat. Pria berkaos putih mesti rela berbasah-basahan, untuk menyelamatkan barang-barang yang ia susun di atas meja.
"Doanya ya jangan hujan. Kami jualan enggak pakai tenda, hanya di bawah pohon ini," ujar Budi lesu.
Menurut Budi, para pedagang yang berjualan di trotoar depan Fakultas Kedokteran (USU), tidak boleh membangun atau mendirikan sesuatu. Mereka hanya boleh berteduhkan pohon di pinggiran jalan.
"Cuma, bayaran Rp 6.000 tetap aja dikutip sama Kepling (kepala lngkungan) sini," ungkap Budi.
Kutipan uang Rp 6.000 per hari, juga diakui Joni (bukan nama sebenarnya), pedagang lain. Joni yang berjualan di samping Budi memaparkan.
"Kuitansi enggak ada, cuma setiap sore dia ngutip uang satu per satu ke pedagang sini," ucap Joni.
Sementara, Mopul, Camat Medan Baru yang dihubungi melalui telepon seluler Sabtu malam, tidak mau berkomentar banyak soal Kepling yang mengutip uang Rp 6.000 per hari, kepada pedagang di depan Fakultas Kedokteran USU.
"Saya nilai itu bukan pungli, tapi kreasi kepling untuk uang kebersihan. Karena, dalam hal ini enggak ada yang keberatan kan? Saya juga enggak mau campuri urusan uang Rp 6.000 itu, yang penting bagi saya sampah di sana enggak ada dan tampak bersih," tutur Mopul. (*)