Jaringan Narkoba di Apartemen Libatkan Pelajar SMP
"Kami masih melakukan penyelidikan secara menerus. Agar jaringan ini bisa benar-benar terungkap," jelas AKBP Sudamiran
Laporan dari Sri Handi Lestari wartawan surya
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Meski usianya masih 16 tahun dan duduk dibangku SMP, JN sudah nekat memadu kasih dengan gadis dewasa berusia 24 tahun. Akibatnya, bersama kekasihnya yang bernama Stephany, JN ikut masuk dalam jaringan peredaran narkoba.
Tak tanggung-tanggung, jaringan yang diikuti bocah laki-laki yang tinggal di sebuah apartemen mewah kawasan Surabaya Barat ini, adalah jaringan bandar yang dikendalikan dari Lembaga Pemasyarakat (Lapas).
Tapi sayangnya, Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Surabaya, yang menggulung jaringan ini sejak 19 Januari lalu itu, menolak menyebut napi dari lapas mana sebagai pengendalinya.
"Kami masih melakukan penyelidikan secara menerus. Agar jaringan ini bisa benar-benar terungkap," jelas AKBP Sudamiran, Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya, Rabu (30/1/2013).
Sementara itu, penangkapan JN sendiri, terjadi di apartemen JN saat dirinya sedang bersama Stephani, yang tercatat sebagai warga Jl Asem Bagus.
Dalam pemeriksaan, JN mengaku mendapat pasokan narkoba dari bandarnya yang masih mendekam di tahanan. Dari tangan JN dan kekasihnya ini, petugas mengamankan shabu-shabu, 80 butir Happy Five, alat hisap SS, 1 bungkus ganja seberat hampir 1 Kg dan 1 buah timbanganb elektrik.
Sistem yang digunakan keduanya ialah dengan sistem pesan via Ponsel kemudian ada kurir yang mengantarkan dengan sistem ranjau. Selain keduanya, kata Wakasat Narkoba Kompol Leonard Sinambela, pihaknya juga menangkap beberapa kawan tersangka yang masih termasuk dalam jaringan JN. Yaitu Axellya (18), warga Simpang Darmo Permai Selatan; Stevan (19), warga Asem Bagus; Melissa (21), gadis yang tinggal di Puncak Indah Lontar dan Agus (29), warga Jl. Bolodewo.
"Sistem yang digunakan beli putus. Jadi dalam prosesnya kami akan mengembangkan ke pihak lapas dan masih memburu kurir yang telah kami kantongi ciri-cirinya," ungkapnya.
Meski demikian, penangkapan terhadap jaringan lapas tidaklah mudah karena sistem yang dijalankan mereka cukup rapi. Mengenai alat komunikasi yang digunakan, dinyatakan Leonard, sangat tidak dapat dideteksi keberadaanya.
Saat melakukan penggeledahan pun, barang-barang itu telah dibuang.
"Sebetulnya kita telah mengetahui pengendali dari lapas. Tapi, persoalannya ketika akan digerebek, mereka mengetahui dan sudah mengamankan barang bukti tersebut. Entah dibuang atau disimpan di orang dalam lapas," tandas Leonard .