Jumat, 3 Oktober 2025

Ribuan Sapi Perah Hilang Sejak Ramadan

berkurang sekitar 26 ribu liter per harinya. Hal itu disebabkan berkurangnya sapi perah sejak Idulfitri tahun lalu.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Ribuan Sapi Perah Hilang Sejak Ramadan
/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
BERI MAKAN HEWAN QURBAN - Pak Marto (53) asal Madiun, Jawa Timur, ini sedang memberi makan dedak untuk sapi dagangannya yang dijual untuk hewan qurban menyambut Hari Raya Idul Adha 1433 H atau Labaran Haji, Kamis (25/10) di Jalan Raya Ciledug. Harga sapi yang dijual dari Rp 10 juta - Rp 30 juta. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

- Produksi KPBS Berkurang 26 Ribu Liter Per Hari

TRIBUNNEWS.COM  PANGALENGAN,- Kapasitas produksi susu di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, berkurang sekitar 26 ribu liter per harinya. Hal itu disebabkan berkurangnya sapi perah sejak Idulfitri tahun lalu.

Sekretaris KPBS Pangalengan, Adang Shalahuddin mengatakan, populasi sapi perah berkurang sekitar 5.000 ekor sejak pertengahan tahun lalu. Dari sekitar 22 ribu ekor sapi menjadi 17 ribu ekor sapi.

"Pengurangan sapi perah itu sejak Ramadan tahun lalu. Dari hilangnya populasi sebanyak 5.000 ekor, sebanyak 2.000 ekor di antaranya adalah sapi yang biasa diperas susunya. Biasanya per hari kapasitas produksi bisa mencapai 140 ribu liter," ujarnya ketika ditemui di KPBS Pangalengan, Minggu (27/1/2013).

Dia menambahkan, belum mengetahui hilangnya populasi sapi sebanyak 5.000 ekor itu. Saat ini kapasitas produksi hanya berada di angka 100 ribu liter per hari.

"Kapasitas produksi menurun bukan hanya disebabkan populasi sapi perah, tapi juga dari kualitas makanan konsetrat yang kurang. Peredaran banyaknya sapi pedet juga berimbas pada sapi perah," katanya.

Dengan adanya kondisi ini, pihaknya akan mencari solusi agar kapasitas produksi kembali normal. Seperti memperbaiki kualitas dan memperbanyak pangan, melakukan relokasi pabrik pakan dari Cirebon ke Pangalengan.

"Selain itu juga mengatur pengawasan dan transportasi. Jadi bissa lebih murah cost produksinya. Beberapa tahun ini juga harga susu tidak ada kenaikan. Sekarang KPBS dari petani seharga Rp 3.425 per liter. Pada 2007 naik harga tiga kali. Tapi sekarang tidak naik-naik," katanya.

Seorang peternak sapi perah, Iyan Sufyan, mengatakan sejak impor sapi dibatasi, berdampak pada harga sapi perah yang tinggi. Kalau biasanya sapi perah super seharga Rp 11 juta, sekarang bisa menjadi Rp 15 juta per ekor.

"Dampaknya sejak sebelum puasa, setelah pembatasan sapi impor. Susah mencari sapi dan harganya juga naik," ujarnya yang memiliki 23 ekor sapi perah dengan produksi 140 liter susu per hari.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 20 persen dari jumlah sapi perah yang ada di Kabupaten Bandung diperkirakan sudah terpaksa dipotong menyusul kelangkaan daging sapi yang kerap terjadi belakangan ini. Bupati Bandung, Dadang Naser, saat itu, bahkan mengatakan pihaknya telah mengumpulkan jajarannya, dan berkoordinasi dengan Polres Bandung untuk mengatasinya. Semua pihak, kara Bupati, harus ikut serta melakukan pengawasan agar sapi-sapi perah ini tak lagi "dialihfungsikan" menjadi sapi pedaging.

"Ya, harusnya hukum ditegakkan. Saya minta bantuan polisi untuk melakukan pengawasan terhadap peternakan. Ada dua pendekatan, yaitu represif dengan menggunakan aturan, dan yang kedua melakukan pendekatan sosial. Yaitu kesejahteraan peternak diperhatikan," katanya ketika ditemui di Soreang, Jumat (25/1/2013).
Dia menambahkan, stok sapi potong habis setelah mengalami puncak pemotongan pada

Iduladha tahun lalu. Kesulitan adanya daging sapi merupakan dampak dari kebijakan secara nasional, yang melarang impor daging sapi, terutama dari Australia.
Menurutnya, momen kebijakan pelarangan impor itu tidak tepat kalau dilakukan pada saat ini. Stok daging sapi lokal habis setelah Iduladha. Untuk memenuhi pasar, kran impor sapi harus dibuka kembali.

"Impor sapi harus dibuka. Bukan yang siap potong, tapi bibit-bibit yang gemuk. Bagaimana pun, populasi sapi di sini sudah tidak ada. Kami dukung impor yang harus dibuka, terutama dari Australia dan Korea Selatan. Dua negara ini jumlah populasi sapinya lebih banyak dibandingkan penduduknya," ujarnya.

Dia juga memerintahkan Dinas Peternakan dan Perikanan untuk membuat surat tentang pengajuan dibukanya kran impor. Surat itu akan diajukan ke pusat, dan akan ditandatangani langsung Dadang Naser. (guy)

Baca  Juga  :

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved