Kamis, 2 Oktober 2025

Harga Kedelai Naik, Harga Tahu Tempe Siap Menanjak

Pasalnya, harga kedelai internasional pada Maret mendatang diproyeksikan melonjak akibat musim kering

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Harga Kedelai Naik, Harga Tahu Tempe Siap Menanjak
Kompas Nasional/AGUS SUSANTO
Palal, perajin tempe memindahkah biji kedelai yang sudah dipisahkan dari kulitnya di Desa Cimanggu Barat, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7/2012). Perajin tempe mengeluhkan semakin melambungnya harga kedelai impor dalam beberapa bulan terakhir dari Rp 5.500 per kilogram dan kini menjadi Rp 7.700 per kilogram. Sehari industri rumahan yang berdiri sejak tahun 1976 ini membutuhkan enam kuintal kedelai untuk produksi. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

TRIBUNNEWS.COM  JAKARTA. Para perajin tahu tempe mulai resah. Pasalnya, harga kedelai internasional pada Maret mendatang diproyeksikan melonjak akibat musim kering yang melanda negara-negara di Amerika Latin, produsen kedelai terbesar di dunia.

Melihat situasi itu, ada dua pilihan bagi para perajin tahu tempe: menaikkan harga jual produk atau mengurangi ukuran tahu dan tempe.

Suyoto, Sekretaris Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) di DKI Jakarta, mengatakan, saat ini harga kedelai sejatinya sudah naik dibandingkan tahun lalu. "Kami berencana menaikkan harga tempe dan tahu sekitar 10% hingga 25%," kata dia di Jakarta, Kamis (24/1/2013) lalu.

Harga tempe saat ini berkisar Rp 7.500 per kilogram (kg), sedangkan tahu Rp 8.000 per kg. Pada tahun lalu, harga tempe masih Rp 6.000 per kg hingga Rp 7.000 per kg.

Harga kedelai saat ini juga naik dibanding tahun lalu. Di tingkat pengecer, harga kedelai pada awal tahun ini senilai Rp 7.500 per kg. Tahun lalu, harga rata-rata kedelai masih di bawah Rp 7.000 per kg.

Demi menyiasati kenaikan harga kedelai, para pedagang mengurangi ukuran potongan tahu atau tempe. "Konsumen tidak merasakan, sebenarnya akibat kenaikan harga kedelai ini ukuran tahu dan tempe menjadi diperkecil," ujar Suyoto.

Ketua Umum Gakoptindo, Ayip Syarifudin, menilai para perajin tahu tempe sebenarnya tidak mempermasalahkan kenaikan harga kedelai. "Yang kami inginkan adalah stabilitas harga kedelai dalam satu hingga dua bulan ke depan. Jangan setiap hari berubah seperti saat ini," kata dia.

Oleh karena itu, perajin tahu dan tempe mendesak pemerintah segera menetapkan Peraturan Presiden terkait harga patokan pembelian (HPP) untuk kedelai.

Sebagian besar atau lebih dari 90% dari total kebutuhan kedelai dalam negeri terserap untuk industri tahu dan tempe. Sisanya dimanfaatkan untuk industri kecap dan tauco. Di Indonesia, tercatat sebanyak 177 koperasi tahu dan tempe (Kopti) yang tersebar di 18 provinsi. Jumlah perajinnya mencapai 115.000 unit, dengan total jumlah tenaga kerja 1 juta orang. Kebutuhan bahan baku kedelai untuk perajin tahu dan tempe mencapai 132 ton per bulan.(KONTAN/ Handoyo )

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved