Sabtu, 4 Oktober 2025

Warga Gang Kamboja Ini Hanya Mengharap Lauk Dari Majikan

Menjadi miskin tentu tak pernah menjadi cita-cita Muhammad Amin (57) dan istrinya Rahmawati (40). Sejak lumpuh karena terserang stroke

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Warga Gang Kamboja Ini Hanya Mengharap Lauk Dari Majikan
TRIBUN KALTIM/ Niko Ruru
Muhammad Amin (57) yang lumpuh, kini hanya bisa duduk di rumahnya.

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.COM  NUNUKAN,- Menjadi miskin tentu tak pernah menjadi cita-cita Muhammad Amin (57) dan istrinya Rahmawati (40). Sejak lumpuh karena terserang stroke,

Amin tak lagi bisa bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia hanya mengandalkan penghasilan sang istri yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mengandalkan lauk pauk dari sang majikan, untuk makan setiap hari.

Amin termasuk salah satu dari 54.404 jiwa atau sekitar 30 persen dari penduduk miskin Kabupaten Nunukan yang tercatat dalam data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011.

Kemiskinan masih menjadi potret yang mewarnai perjalanan daerah otonom pecahan Kabupaten Bulungan, di perbatasan Republik Indonesia-Malaysia ini.

Kini, sehari-harinya Amin hanya bisa duduk di lantai rumahnya di Gang Kamboja, Jalan Pelabuhan Baru RT 13 Nomor 33, Kecamatan Nunukan. Sejak berapa tahun silam, ia hanya terduduk atau tertidur di depan televisi berwarna di gubuk yang dindingnya terbuat dari triplek.

Sejak terserang stroke, mantan buruh di Pelabuhan Tunon Taka itu tak bisa lagi menafkahi istri dan keenam anaknya.

Keluarga ini tinggal disamping rumah besar permanen. Mereka hanya tinggal di rumah seukuran kira-kira empat kali lima meter. Rumah itu disekat tiga. Bagian depan ruang tamu, sekaligus ruang tidur. Sejumlah bantal, selimut dan kasur diletakkan di ruang depan, yang menandakan tempat itupun menjadi tempat tidur.

Di tengah sebagai kamar tidur, sementara bagian belakang untuk kamar mandi dan dapur.
Meskipun tinggal digubuk reot, mereka masih memiliki sisa-sisa peralatan elektronik seperti televisi berwarna 21 inci, dispenser dan rice cooker.  "Listrik sambung dari tetangga," ujarnya.

Pasangan ini memiliki enam anak. Ahmad Muhaimin, anak pertama menjadi pengangguran di Tarakan karena setamatnya di SMK, orang tuanya tak mampu lagi menguliahkannya.
Anak keduanya Ulfa Rahmiani lebih beruntung, karena kerabatnya di Makassar mau membiayai kuliah anak itu.

Rezka dan Rezki, anak kembarnya menumpang di rumah majikan tempat ibunya bekerja. Desy dan Zulkifli masih menumpang pada kedua orangnya.

Rezka dan Rezki harusnya sudah duduk dibangku kelas 3 SMP. Namun saat duduk dibangku kelas lima sekolah dasar, keduanya diberhentikan. Nasib yang sama juga dialami Desy. Ia hanya bisa mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar.

"Waktu saya sakit, mereka ikut ke Sulawesi. Lambat pulang, ketiganya diberhentikan," kata Amin. Kini si bungsu Zulkifli, duduk dikelas empat madrasah ibtidayah.

Sejak Amin tak bisa lagi bekerja,  Rahmawati harus banting tulang mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga. Selain harus masak, dia juga harus mencuci pakaian.

"Saya kerja mulai jam 5 subuh. Nanti istirahat tengah hari, sambung lagi sampai jam 5 sore. Setiap hari kerja, nda ada liburanya. Kalau tidak bekerja, mau makan apa?" kata
Rahmawati.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved