Tanah Amblas Tiga Meter di Rejeng
Tanah seluas 200-an meter persegi yang amblas di Dusun Pandang dan Kampung Rejeng, Desa Poco, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai,
* Empat Rumah Warga Rata
Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa
TRIBUNNEWS.COM RUTENG, --Tanah seluas 200-an meter persegi yang amblas di Dusun Pandang dan Kampung Rejeng, Desa Poco, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, tak bisa lagi dimanfaatkan mendirikan rumah.Warga sudah membongkar rumahnya, meratakan tembok dan tinggal di pengungsian di Gereja Poco dan Kantor Desa Poco.
Pengamatan Pos Kupang, Senin pagi (14/1/2013), tanah amblas di Kampung Rejeng sedalam 2,5 meter-3 meter. Empat unit rumah permanen dan semi permanen milik warga sudah diratakan. Yang tampak hanyalah bekas tembok yang telah dihancurkan di atas lokasi hampir seluas 200 meter persegi di seberang jalan Kampung Rejeng.
Feri Sani, warga setempat mengatakan, retakan tanah dan tanda-tanda amblas sudah mulai tampak sejak 22 Desember 2012, menimpa rumah milik Herman Jehaman, Ediardus Anggut, Yohanes Nabar, dan Yos Gang. Hujan lebat, ketika itu berlangsung terus-menerus siang dan malam. "Dua hari kemudian, retakan makin besar dan tanah amblas. Pemilik rumah bersama sanak keluarga dan tetangga membongkar rumahnya. Tembok diratakan. Kayu, seng, kosen dan bahan-bahan yang lain yang masih bisa digunakan dipindahkan. Mereka tinggal sementara di rumah tetangga," kata Feri, kepada Pos Kupang kemarin.
Letak rumah Feri berhadapan dengan empat unit rumah yang amblas tersebut. Kini Feri tinggal sementara di rumah keluarga di Pagal, ibukota Kecamatan Cibal sekitar 9 kilometer arah utara Kota Ruteng. "Dua atau tiga hari lalu, pemerintah yang suruh mereka pindah ke tempat pengungsian di gereja dan kantor desa. Selama beberapa minggu sebelumnya, mereka tinggal sementara di rumah keluarga," Feri menambahkan.
Selain rumah, ruas jalan aspal di Rejeng, juga amblas sedalam 2,5 meter dan panjang 15 meter, Rabu (9/1/2013). Warga memasang beberapa batang bambu dan sisa bahu jalan aspal selebar 40-an sentimeter agar bisa dilewati pejalan kaki dan sepeda motor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai, Drs. Anglus Angkat, M.Si, menduga amblasnya tanah di Rejeng karena struktur tanah yang labil di permukiman warga setempat. Ketika curah hujan tinggi, strukturnya amblas hingga beberapa meter.
Anglus menambahkan, tanah pada empat rumah tersebut tak bisa digunakan lagi untuk membangun rumah warga. Demikian juga dua unit rumah lain yang retak tepat di bagian tengah yang letaknya tak jauh dari empat unit rumah ini tak bisa dimanfaatkan menjadi tempat tinggal. Pemilik rumah telah disarankan oleh Pemda Manggarai mencari tempat lain membangun rumahnya. "Pemerintah membantu sebagian anggaran mendirikan enam rumah tersebut. Ada tanggungan dari dua pihak, pemda dan pemilik rumah," ujar Anglus di Ruteng, Senin pagi.
Sementara 54 kepala keluarga lain yang juga terancam, telah dibicarakan bersama dengan Bupati dan Wabup Mangggarai, Drs. Christian Rotok, dan Dr. Deno Kamelus, S.H, M.H, ketika mengunjungi lokasi bencana pekan lalu. Ada lokasi lain milik warga setempat dijadikan permukiman warga. "Untuk kenyamanan jangka panjang, maka rumah warga lain yang tercancam amblas juga dipindahkan ke lokasi yang baru. Perbincangan bupati dengan warga di rumah gendang (adat), warga menyatakan ada lahan," ujar Anglus.
Kepala Desa Dimpong, Bene Pilar, melaporkan pada Sabtu siang (12/1/2013), bongkahan batu besar selebar 2 meter lebih jatuh dari tebing dan memalang ruas jalan di Lipang. Angkutan umum roda empat dari Ruteng tak bisa lewat sampai ke Dimpong. "Kami bersama warga sudah usahakan geser, tak bisa. Batunya terlalu besar. Saya datang ke BPBD laporkan supaya bisa dibantu," harap Bene, ditemui di Ruteng kemarin. (ius)
Tanggung 237 Jiwa Pengungsi
DAMPAK hujan lebat dan angin kencang pada Minggu terakhir bulan Desember 2012 hingga awal Januari 2013 menimbulkan penderitaan bagi sebagian warga Kampung Pandang dan Rejeng di Desa Poco dan dua kepala keluarga Dusun Kletok, Desa Ndehes. Sejak Jumat (11/1/2013), 237 jiwa dari 72 kepala keluarga ditampung di lokasi pengungsian di Paroki Poco dan Kantor Desa Poco. Sedangkan warga Reok di Kecamatan Reok yang diungsikan pekan lalu ke rumah-rumah sanak keluarga untuk menghindari luapan Wae Pesi sudah kembali ke rumahnya.
"Pengungsi dari Rejeng dan Pandang tanpa batas waktu sampai kapan. Kita lihat saja kondisi alam, curah hujan dan angin ke depannya," kata Kepala BPBD Manggarai, Drs. Anglus Angkat, M.Si, Senin pagi (14/1/2013) di Ruteng.
Pemda Manggarai telah menyalurkan satu ton beras, minuman, tikar dan penerangan kepada warga selama tinggal di pengungsian. Karena itu, dalam menentukan status bencana alam, pemda sangat selektif atas setiap laporan masyarakat agar bantuan yang diberikan tepat sasaran.
"Kami turun ke lapangan amati kondisi yang sebenarnya. Tidak asal terima saja. Seperti ancaman luapan Wae Pesi, warga sempat mengungsi, pemerintah salurkan setengah ton beras. Tindakan saat itu untuk antisipasi kalau luapannya lebih besar dan menimbulkan jatuhnya korban," kata Anglus. (ius)
Baca Juga :
- Lagi Asyik Selingkuh di Kamar Kos Digerebek Warga 10 menit lalu
- Ini Alasan Polisi,Politisi Gerindra Dibebaskan dari Jerat Narkoba 11 menit lalu
- Sriwijaya FC Kedatangan Pemain Asal Mali 17 menit lalu