Melaut Dalam Badai, Iptu Witarsa Belum Kembali
Satu anggota Polres Ketapang yang menjabat kepala pos polisi Pulau Pelapis, Iptu Witarsa hingga kini belum
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG - Satu anggota Polres Ketapang yang menjabat kepala pos polisi Pulau Pelapis, Iptu Witarsa hingga kini belum diketahui keberadaannya. Witarsa pada akhir Desember lalu berangkat menuju Pulau Pelapis dari Sukadana KKU yang kemudian lanjut berangkat menuju Pulau Karimata seorang diri menggunakan kapal kecil 24 PK.
Kapolres Ketapang, AKBP Ary Wahyu Widijananto membenarkan kejadian ini. Ia meminta doa dari masyarakat untuk keselamatan anggota Polri ini. "Iya memang ada, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, saya mohon doanya. Disana juga banyak pulau, bisa jadi Ia berlindung di desa Padang, disana tidak ada sinyal," ujarnya pada Tribun Jumat (11/1/2013 sore).
Hingga tadi malam (11/1/2013) di Pos Satpolairud, Tim SAR Pos Ketapang terus berkoordinasi dengan satuan Polairud Ketapang, guna memastikan informasi terakhir menyangkut keberadaan anggota Polri ini.
"Kita maupun tim SAR tidak punya kapal yang cukup besar untuk sampai ke Pulau Karimata, karena gelombang sedang tinggi-tingginya," ujar Kasatpolairud Polres Ketapang, AKP Mulgianto.
Menurutnya, pihaknya maupun tim SAR akan terus melakukan pelacakan jejak dan hasil rembuk mereka juga sudah mengkoordinasikan kejadian ini kepada SAR Pontianak. "Kapal yang cukup besar untuk sampai kesana, ada di Pontianak, mudah-mudahan anggota kita tetap selamat," harapnya.
Ganasnya gelombang perairan Ketapang juga hampir memakan korban. Sebuah kapal nelayan yang berisikan satu nakhoda dan empat ABK nyaris tenggelam lantaran kehabisan BBM.Beruntung GPS dan telepon genggam milik nakhoda kapal berfungsi setelah sempat rusak, tim SAR pun berhasil menemukan mereka.
Nakhoda kapal,Anton menuturkan pada saat berangkat melaut Sabtu pekan lalu cuaca cerah dan gelombang sangat bersahabat. Delapan jeriken BBM solar yang dibawa selalu lebih dari cukup untuk sekali pelayaran, namun saat berada di seputar Pulau Bawal 60 mill dari Muara Ketapang, masalah mulai menghampiri.
"Saat narik jaring, tersangkut di baling-baling. Akibatnya baling-baling kapal rusak. Hari mulai malam,dan angin sama gelombang tiba-tiba kencang, saya rekam di GPS posisi kami sekitar 60 mill dari muara," ujarnya kepada Tribun Jumat.
Lantaran sudah malam dan cuaca memburuk, akhirnya mereka membiarkan terseret arus.Hingga esok paginya mereka baru tersadar sudah berada 96 mill dari lepas pantai Ketapang "Sepertinya kami sudah masuk perairan Kalimantan Tengah," tambahnya.
Iapun menceritakan, saat itu mereka mulai was-was, lantaran tinggi gelombang mencapai sekitar 2,5 hingga 3 meter yang menghantam kapal kecil milik mereka yang berkapasitas sekitar 10 GT.
Usai memperbaiki baling-baling kapal, merekapun mencoba bergerak ke arah pantai, namun kuatnya arus yang mereka lawan membuat gerakan mereka sangat lamban dan seolah tak begerak puncaknya pada Rabu, ketika angin kencang melanda Kota Ketapang, hampir menjadi malapetaka bagi Anton dan rekan-rekan, lantaran gelombang semakin besar dan arus juga semakin kuat yang diperparah dengan hujan lebat.
Saat mereka berjuang mendekat ke daratan, apa yang ditakutkan Anton menjadi kenyataan, BBM habis. Telepon genggam miliknya yang sebelumnya rusak, bisa berfungsi. "Saya telepon pak haji (pemilik kapal,red) ngasi tau keberadaan kami, ujar pria yang sudah 23 tahun jadi nelayan.
Di daratan, pemilik kapal berkomunikasi dengan Badan Penanggualangan Bencana Daerah, yang kemudian disampaikan ke Pos Tim SAR Ketapang. Anggota SAR menghubungi Kamis. Akhirnya Tim SAR berhasil mengevakuasi Anton cs Jumat (11/1/2013) pagi.
"Kalau bapak-bapak dari SAR dak cepat, saya yakin sudah pecah. Kepala saya sudah sakit sebelah karena tidak tidur beberapa malam, sampai sekarang juga belum bisa tidur masih kepikiran, karena tanggung jawab saya adalah kapal dan ABK," ujar Anton.
"Saya sangat berterimakasih kepada bapak-bapak dari SAR.kalau urusan melaut, nanti selesai musim ribut pasti melaut lagi. Karena dulu yang lebih parah juga pernah saya alami," ujar pria yang pernah kehilangan satu orang temannya kala kapalnya pecah dihantam gelombang di laut lepas.