Apersi Jambi Target Bangun 4.000 Rumah Subsidi
DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jambi menargetkan akan membangun 4 ribu unit rumah bersubsidi
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jambi menargetkan akan membangun 4 ribu unit rumah bersubsidi di tahun 2013.
"Tahun ini Apersi akan bangun 4 ribu unit rumah. Kita sudah siapkan lahan. Bulan Maret - April ini mulai dibangun," ungkap Yusuf, ketua DPD Apersi Jambi saat dikonfirmasi Tribun Jambi (Tribunnews Network) per telepon, Selasa (1/1/2013).
Sejumlah daerah yang akan menjadi tempat pembangunan rumah yang rata-rata bertipe 36 tersebut tersebar di kota maupun kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Diantaranya Mendalo (Muaro Jambi), Simpang Rimbo, Kasang Pudak, dan sebagian di Kebun Kopi (Kota Jambi) serta Kabupaten Muaro Bungo. Terbesar yang dibangun di daerah Mendalo, Kecamatan Jaluko, Muaro Jambi, yang akan segera dibuka 600 unit rumah lebih untuk MBR.
"Rata‑rata rumah tipe 36, ada juga yang bertipe 45 ke atas. Tapi Apersi fokusnya bangun rumah RSA," katanya.
Dikatakan Yusuf, untuk harga rumah menurutnya sudah ada aturan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI. Yang ditetapkan Kemenpera pada 2012 untuk tipe 36 yakni dari Rp 75 juta dan maksimal Rp 88 juta.
Selaku Ketua Apersi Jambi, Yusuf mengakui pembangunan rumah bersubsidi di tahun 2012 belum mencapai target. Dia bilang dari 3 ribu unit rumah yang ditargetkan hanya mampu memenuhi sebesar 40 persen dari angka tersebut.
"Memang saat itu penyebabnya program pemerintah FLPP, dan persyaratannya terlalu banyak," katanya lagi.
Menurut Yusuf, di tahun 2013 target ini realistis mengingat potensi pasar sangat terbuka dan bergairah. Disamping itu permintaan rumah di Jambi cukup besar. Belum lagi stabilnya komoditas sawit dan karet bisa naik lagi sehingga pangsa pasar akan lebih besar.
Apersi berharap peraturan FLPP dari pemerintah lebih konsekuen. Baik untuk dana FLPP. Khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang membutuhkan sentuhan pemerintah. Selain itu dari segi perizinan yang dikeluarkan pemerintah kota maupun kabupaten, Apersi berharap lebih dipermudah dan dipercepat.
"Dulu buat izin paling lama tiga bulan, sekarang ada yang sampai satu tahun. Perizinan jalan, tetapi agak lambat," ujarnya.
Ia mencontohkan di tahun 2012 lalu, pengaruh lamanya proses perizinan ada developer yang gulung tikar karena proyeknya tersendat.
"Anggota pengembang kita banyak 60 lebih, cuma yang bangun sedikit lagi. Karena proses perizinan menghambat," ujarnya.
Sementara itu ditanya terkait pengaruh harga rumah dengan kebijakan pemerintah yang menaikan TDL 4,3 persen per tiga bulan sekali mulai 1 Januari 2013. Yusuf mengatakan awal bulan ini akan nampak adanya kenaikan. kondisi akan nampak bila sudah dua atau tiga bulan ke depan. Tetapi katanya, untuk harga rumah bersubsidi kemungkinan akan stabil, karena sudah ditetapkan oleh Kemenpera RI.
"Saya kira masih biasa, tidak terjadi kenaikan. Disamping itu harga bahan bangunan masih normal. Seperti semen masih standar," katanya.
Sebelumnya DPD Real Estate Indonesia (REI) Jambi juga menargetkan pembangunan 5 ribu unit rumah tahun 2013. Karena penyerapan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2012 belum mencapai target. Dari 3 ribu unit rumah, realisasinya baru 50 persen.
"Tahun 2013 nanti kita targetkan sekitar 5 ribu rumah bersubsidi di Jambi. Ini memang kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih tinggi di Jambi," ujar Ketua DPD REI Jambi, Hasan Fauzi. (Hdp)