Operasi Tuli Sudah Bisa di Makassar
Anda punya anak, kerabat, atau sahabat yang divonis menderita tuli dan bisu permanen
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Anda punya anak, kerabat, atau sahabat yang divonis menderita tuli dan bisu permanen? Tak perlu khawatir lagi.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Wahidin Sudirohusodo berhasil memutuskan mitos tuli dan bisu permanen itu. Dokter RSUP ini berhasil melakukan operasi bagi penderita tuli dan bisu permanen. Berhasil. Pasien dipastikan sudah bisa mendengar dan bicara setelah dioperasi, Minggu (23/12/2012).
Itu operasi pertama kali rumah sakit ini untuk penderita tuli permanen atau tuli sejak lahir. Direktur RS Wahidin Prof dr Abdul Kadir memimpin operasi langka itu. Kadir yang dibantu dr Sukirman Sukin dari RS Perhati Jakarta berhasil mengoperasi dua pasien balita, masing-masing Muh Rizky (5) dan Fikrul Alim (3).
Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) ini mengatakan, operasi yang baru pertama kali dilakukan oleh rumah sakit di Indonesia Timur itu berjalan lancar. "Alhamdulillah semua berjalan sesuai rencana. Hampir tak ada hambatan berarti," ujar Kadir.
Menurut Kadir, operasi itu bertujuan membantu penderita tuli permanen untuk menormalkan pendengarannya dan membantu mereka berkomunikasi seperti orang normal. Hal ini mengingat penderita tuli permanen dipastikan tak bisa berkomunikasi lewat suara alias bisu.
Idealnya, kata Kadir, operasi memang dilakukan saat anak masih balita (bawah lima tahun). Hal itu agar bisa mempercepat adaptasi mereka seusai operasi.
Kadir menambahkan, dalam operasi tersebut dokter memasang sebuah alat elektronik pembantu pendengaran yang disebut Cochlear Implant. Alat buatan Austria ini biasanya hanya digunakan oleh rumah sakit luar negeri seperti di Singapura, Australia atau Jepang.
"Alat elektronik ini mengubah energi mekanik ke energi listrik dan mengganti kerja saraf-saraf pendengaran bagi penderita tuli permanen," ujarnya. Keunggulannya, alat ini dapat bertahan dalam waktu lama, puluhan tahun.
Alat yang baru masuk di Indonesia 2010 lalu ini dipasang dalam tengkorak kepala tepat di bagian belakang telinga penderita. Di Indonesia hanya beberapa rumah sakit di Jakarta yang menggunakannya.
Kadir mengaku membutuhkan waktu hingga tiga jam untuk memasang alat tersebut kepada setiap pasien. Operasi untuk dua pasien kemarin tersebut dimulai pagi dan selesai sore.
Setelah menjalani operasi, pasien tersebut masih akan menjalani rehabilitasi setidaknya selama setahun lebih.
Pada kesempatan ini juga, RSUP Wahidin secara khusus mengundang salah satu mantan pasien operasi pemasangan Cochlear Implant, Raisa (20 tahun).
Raisa, gadis kelahiran Jakarta, adalah penderita tuli permanen yang dioperasi di Australia ketika berumur empat tahun. Saat berumur tujuh tahun Raisa sudah bisa mendengar dan bicara. Ia juga bersekolah di sekolah formal seperti anak pada umumnya.
Saat ini Raisa yang digandeng Yayasan Rumah Siput Jakarta menjadi motivator bagi penderita tuli permanen atau tuna wicara di sekolah-sekolah luar biasa (SLB) di Indonesia.
Selanjutnya, kata Kadir, RSUP Wahidin akan menjadi pusat penanganan penderita gangguan pendengaran di Indonesia bagian timur. "Soal peralatan dan dokter kami sudah cukup siap," katanya.
Hanya saja alat utama pembantu pendengaran, Cochlear Implant tersebut harus dipesan khusus dengan harga ratusan juta rupiah.
Harga Cochlear Implant per set mencapai Rp140 juta. Jadi jika dipasang untuk telinga kanan dan kiri pasien harus menyiapkan uang Rp270 juta.(Tribun Timur/ilham arsyam)
Baca juga:
- Wakapolda Sulsel Sukses Raih Gelar Doktor
- Tahun 2013 Tahun Politik
- RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Berhasil Sembuhkan Tuli Permanen
- FPI Makassar: Berikan Rasa Aman Kepada Pemeluk Agama lain