Oposisi Mesir teruskan protes anti Mursi
Aktivis oposisi Mesir menyatakan akan terus melancarkan protes menentang presiden Mohammed Mursi yang menerbitkan dekrit untuk pemberian kekuasaan tanpa batas kepada dirinya.
Aktivis oposisi Mesir menyatakan akan terus melancarkan protes menentang presiden Mohammed Mursi yang menerbitkan dekrit untuk pemberian kekuasaan tanpa batas kepada dirinya.
Mereka melancarkan protes dengan duduk selama satu pekan di Lapangan Tahrir di pusat ibukota Kairo.
Ribuan orang berkumpul di lapangan Tahrir Kairo pada Jumat, tetapi terpecah di pagi hari, setelah laporan menyebutkan polisi menembakkan gas air mata di sekitar mereka.
Lebih dari 100 orang terluka dalam bentrokan di sejumlah kota di Mesir.
Presiden Mohammed Mursi mengatakan dia memimpin Mesir ke arah "kebebasan dan demokrasi".
Dalam dektrit yang diterbitkan Kamis lalu, tidak dapat dicabut oleh lembaga apapun termasuk oleh pengadilan, yang akan menjadi konstitusi baru.
Selain itu, keputusan itu juga membuka kemungkinan untuk mengadili kembali para pelaku yang terlibat dalam pembunuhan selama kerusuhan di Mesir 2011 lalu, ketika menggulingkan Mubarak.
AS juga menyampaikan kekhawatiran atas perkembangan yang terjadi di Mesir.
'Mursi adalah Mubarak'
Para pendukung dan pengkritik presiden menggelar demonstrasi di seluruh negara itu pada Jumat (23/11).
Para pengkritik meminta agar deklarasi konstitusional dibatalkan, dan membubarkan majelis pemilihan.
Sampai malam, lebih dari 20 tenda berwarna putih didirikan di tengah lapangan Tahrir, yang menjadi pusat demonstrasi masyarakat yang kemudian menurunkan Presiden Hosni Mubarak dari jabatannya tahun lalu.
Pemrotes mengatakan lebih dari 20 kelompok yang berbeda bergabung dalam aksi duduk selama satu pekan untuk menentang perubahan yang dilakukan Mursi, mereka menyatakan presiden menjadi seorang diktator seperti Mubarak.
"Kami terlibat dalam aksi duduk ini karena tujuan dari revolusi belum lagi diraih," kata Mira Daniel, yang memiliki saudara laki-laki, aktivis Koptik Mina Daniel yang menjadi korban tewas dalam pergolakan 2011 lalu.
"Kami disini karena mereka mengambil keputusan untuk membuat kami tewas di lapangan, jadi kami disini tewas di lapangan. Yang terjadi saat ini adalah kematian."