Demo anti pemerintah digelar di Bangkok
Polisi Thailand menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra turun dari jabatannya.
Polisi Thailand menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa di ibu kota Bangkok, Sabtu (24/11), yang menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra turun dari kursi kekuasaan.
Para pengunjuk rasa menuduh Yingluck merupakan 'boneka' kakaknya, yaitu mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan penentangnya pada 2006 lalu.
Pihak berwenang Thailand mengkhawatirkan unjuk rasa ini akan berdampak pada stabilitas negara itu setelah Yingluck berkuasa sejak tahun lalu.
Unjuk rasa yang melibatkan puluhan ribu orang ini semula berjalan tertib, namun berakhir ricuh setelah sebagian mereka berusaha menerobos barikade beton.
Polisi kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang berupaya menerobos barikade tersebut.
Awal pekan ini, seperti dilaporkan kantor berita AP, Yingluck telah memerintahkan aparat kepolisian untuk mewaspadai unjuk rasa anti pemerintah. Dia juga menyiapkan penerapan undang-undang khusus yang dibutuhkan jika negara dalam kondisi darurat.
Dalam berbagai kesempatan, Yunglick juga menuduh para penentangnya yang menggelar unjuk rasa berusaha untuk menggulingkan pemerintahanya yang terpilih secara sah melalui pemilu.
Dipimpin pensiunan jenderal
Unjuk rasa pada Sabtu digelar oleh kelompok yang menyebut dirinya sebagai "Pitak Siam" atau "Pelindung Thailand", yang dipimpin pensiunan jenderal angkatan darat, Boonlert Kaewprasit.

Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra dituduh sebagai boneka mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Kelompok ini sejak awal menuduh pemerintahan Yingluck terlibat kasus korupsi serta menjadi boneka Thaksin.
Dalam orasinya di depan demonstran, Boonlert menyatakan aksi akan berjalan damai. Dia juga mengatakan: "Saya bersumpah untuk menurunkan pemerintahan saat ini."
Unjuk rasa mulai digelar di taman Bangkok Royal Plaza, yang letaknya di dekat gedung parlemen dan merupakan lokasi unjuk rasa setahun silam.
Protes yang berakhir dengan bentrokan berdarah terjadi Thailand pada 2010 lalu, ketika para pendukung Thaksin -- yang mengenakan kemeja merah -- menduduki pusat pemerintahan di Bangkok, menuntut pemerintahan anti-Thaksin mundur.
Protes ini kemudian memicu tindakan keras dari pihak militer yang menewaskan setidaknya 91 orang dan lebih dari 1.700 orang terluka.
Mantan perdana menteri Thaksin sejak 2008 lalu telah tinggal di pengasingan, yang disebut banyak kalangan untuk menghindari ancaman penjara dua tahun dalam kasus korupsi.
Thaksin selama ini populer di kalangan masyarakat miskin pedesaan, yang ingin melihat dia diampuni dan kembali berkuasa.
Tapi Thaksin dicerca kalangan kelas menengah perkotaan elit dan kaum terdidik, yang melihat sosoknya otoriter.