Pemilu 2014
PAN: Lembaga Survei Jangan Buat Suasana Keruh
Partai Amanat Nasional(PAN) meminta lembaga survei menjaga sikapnya menyusul keluarnya hasil jajak pendapat yang menyebut parpol islam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Amanat Nasional(PAN) meminta lembaga survei menjaga sikapnya menyusul keluarnya hasil jajak pendapat yang menyebut parpol islam terus terdegradasi dari masa ke masa.
Bukan saja secara kepartaian yang kurang diapresiasi publik, elite partai Islam pun kalah pamor ketimbang elite partai kalangan nasionalis jelang Pemilu 2014.
"Sebetulnya dari pengalaman kita yang terakhir di DKI seyogyanya sudah ya lembaga survei itu tidak usah terlalu membuat semacam survei-survei yang membuat kondisi tidak kondusif," kata Sekjen PAN, Taufik Kurniawan di Jakarta, Selasa(16/10/2012).
Taufik juga mempertanyakan konsistensi data dari survei. Bahkan di Pilgub DKI yang lalu ada satu lembaga survei yang terang-terangan mendukung salah satu calon gubernur.
"Karena itu biarlah nanti rakyat yang menentukan. Walaupun secara internal saya yakin semua parpol punya survei masing-masing. Tidak selalu bisa dipertanggungjawabkan, ada survei yang mengatrol sangat luar biasa parpol, di samping itu ada survei yang mendowngrade parpol. Ini menjadi membingungkan rakyat," katanya.
Kendati demikian lanjut Taufik, PAN tetap menghargai lembaga survei tersebut. Namun PAN tetap tidak ambil pusing, manakala PAN sudah memiliki survei yang betul-betul akurat yang dilakukan internal PAN.
"Sudahilah survei yang secara subjektif bisa mengarah ke penggiringan opini masyarakat. Saya yakin terlepas dari hasil survei apapun sungguhpun hasil survei itu tetap kita apresiasi tetapi dengan kondisi terakhir di Pilgub DKI di depan mata salah semua apalagi ini untuk mensurvei tingkat nasional. Yang di depan hidung saja enggak tahu, bagaimana yang di seberang lautan," ujar Taufik.
Wakil Ketua DPR ini menambahkan kini rakyat sudah matang dalam berdemokrasi, sudah matang selama 14 tahun reformasi. Apalagi dengan adanya pesta demokrasi pilgub DKI Jakarta.
"Kita bangga dengan pesta demokrasi di Pilgub DKI adalah pelajaran berharga. Dulu pun reformasi tidak ada yang mensurvei. Reformasi berjalan tanpa berjalan reformasi itu menumbangkan orde baru," jelasnya.
Taufik juga meminta semua parpol berkompetisi dengan sehat tanpa harus digiring ada survei.
"Saya terus terang merasa risih juga dengan hal-hal seperti itu. Nanti 3 bulan ada survei itu lagi. Survei itu alat ukur elektabilitas parpol, namun menjadi rancu manakala alat ukur tersebut sudah memihak dan tidak objektif, nggak usah ada giring-giringan," katanya.
Sebelumnya, dalam riset Oktober 2012, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan penurunan dramatis perolehan dukungan suara partai Islam, yang pernah jaya pada Pemilu 1955, yang digadang-gadang sebagai pemilu paling demokratis di Indonesia.
Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengungkapkan, pada Pemilu 1955, partai Islam meraih dukungan suara sebesar 43,7 persen.
Pada Pemilu 1999, pemilu pertama setelah Orde Baru, perolehan partai Islam menurun menjadi 36,8 persen.
Pada Pemilu 2004, total suara partai Islam naik sedikit sebesar 38,1 persen. Sedangkan Pemilu 2009, total suara partai Islam kembali turun sebesar 25,1 persen. Pada survei Oktober 2012, total suara partai Islam jika digabung sebesar 21,1 persen.
Berita Terkait: Pemilu 2014