Pemilu 2014
Total Dukungan Suara Parpol Islam Cuma 21,1 Persen
Eksistensi partai politik (parpol) Islam terus terdegradasi dari masa ke masa.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eksistensi partai politik (parpol) Islam terus terdegradasi dari masa ke masa.
Bukan saja secara kepartaian yang kurang diapresiasi publik, elite partai Islam pun kalah pamor ketimbang elite partai kalangan nasionalis jelang Pemilu 2014.
Dalam riset Oktober 2012, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan penurunan dramatis perolehan dukungan suara partai Islam, yang pernah jaya pada Pemilu 1955, yang digadang-gadang sebagai pemilu paling demokratis di Indonesia.
Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengungkapkan, pada Pemilu 1955, partai Islam meraih dukungan suara sebesar 43,7 persen.
Pada Pemilu 1999, pemilu pertama setelah Orde Baru, perolehan partai Islam menurun menjadi 36,8 persen.
"Pada Pemilu 2004, total suara partai Islam naik sedikit sebesar 38,1 persen. Sedangkan Pemilu 2009, total suara partai Islam kembali turun sebesar 25,1 persen. Pada survei Oktober 2012, total suara partai Islam jika digabung sebesar 21,1 persen," ungkap Adjie di Kantor LSI, Jakarta, Minggu (14/10/2012).
Menurut Adjie, redupnya sinar partai Islam terjadi pada Pemilu Presiden 2009, di mana Susilo Bambang Yudhoyono berani menggaet wakilnya Boediono, yang notabene akademisi dan ekonom, bukan representasi dari tokoh Islam.
Berbeda pada Pilpres 2004, SBY masih mengandalkan tokoh yang representatif Islam, yakni Jusuf Kalla.
Beberapa capres lain seperti Megawati Soekarnoputri juga menggandeng KH Hasyim Muzadi, tokoh NU, dan capres Wiranto menggandeng KH Salahudin Wahid, juga tokoh NU.
Meredupnya partai Islam diikuti tiadanya tokoh atau figur partai yang populer. Tokoh partai Islam seperti Hatta Rajasa (PAN), Suryadarma Ali (PPP), Muhaimin Iskandar (PKB), dan Lutfi Hasan (PKS), kurang dikenal publik.
"Rata-rata masih di bawah 60 persen," jelas Adjie. (*)
BACA JUGA