Sabtu, 4 Oktober 2025

Festival Schouwburg

Opera Karya Komposer Italia Tutup Festival Schouwburg

Opera "Il Trovatore" menutup rangkaian Festival Schouwburg X yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Sabtu (29/9/2012) malam.

Penulis: Daniel Ngantung
zoom-inlihat foto Opera Karya Komposer Italia Tutup Festival Schouwburg
TRIBUNNEWS/ DANIEL NGANTUNG
Catharina Leimena dan para pendukung opera Il Trovatore karya Giuseppe Verdi (1813-1901) seusai pentas di Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu (29/9/2012) malam.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Pentas Opera "Il Trovatore" menjadi penutup nan apik seluruh rangkaian Festival Schouwburg X yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Sabtu (29/9/2012) malam.

Opera karya komposer asal Italia Giuseppe Verdi (1813-1901) yang berkisah tentang perjuangan dan cinta yang surealis para kaum gipsy berhasil menyihir penonton, yang saat itu datang dari berbagai usia, mulai dari anak kecil hingga lansia.

"Cukup terkejut, acara malam ini mendapat sambutan baik dari penonton, terlihat mereka tidak beranjak dari awal hingga akhir acara," ujar Direktur GKJ Drs.Bambang Subekti, MM, kepada Tribun.

 Tanpa iringan orkestra besar layaknya sebuah produksi opera, hanya sebuah piano, dengan tata panggung yang minimalis, ditambah kekuatan vokal solis dan paduan suara yang mampu memenuhi akustik ruangan GKJ, mampu membuat penonton berkesan.

"It's well-staging, perfect and beautiful," tutur Robert, seorang ekspatriat asal Inggris pecinta Opera yang telah lama menetap di Jakarta, kepada Tribun seusai pentas.

Ditanya tentang kekurangan konser ini, Robert hanya menjawab, "subtitle di buku program dalam bahasa Inggris, cuma itu saja."

Adalah Catharina Leimena and friends, pihak yang menghadirkan pentas ini dengan sempurna.

Kehadiran Catharina, sang mezzosoprano senior asal negeri sendiri yang telah melegenda, memberikan "greget" tersendiri.

Sosoknya memang disegani di belantika musik tanah air. Wanita yang pernah mengenyam pendidikan vokal di konservatorium "Giuseppe Verdi" Milano, Italia, itu dikenal sebagai sosok yang berdedikasi dalam perkembangan musik tanah air, tak hanya muski klasik dan opera saja, tapi juga pop (Catharina pernah menjadi guru vokal beberapa penyanyi pop papan atas Indonesia).

Meski umurnya telah memasuki kepala tujuh, performa vokal Catharina masih berstamina. Malam itu, ia berperan Azucena, wanita gipsy yang ingin memembalas dendam atas kematian ibunya yang dituduh penyihir. "Ini salah satu peran favorit saya," katanya kepada Tribun di belakang panggung.

Catharina mengaku cukup puas dengan pentas kali ini yang berdurasi hampir dua jam. "Untuk persiapan yang terbilang cukup singkat, hanya dua bulan, secara keseluruhan pentas ini cukup sukses," katanya.

Wanita berdarah Ambon-Sunda itu juga menambahkan pentas ini tidak akan sesukses ini tanpa kerja keras dan komitmen para penyanyi, pemusik, dan tim produksi. Untuk produksi opera kali ini, Catharina berkolaborasi dengan 6 solis, 25 anggota paduan suara (Susvara Chorus), dan tiga pianis didikan sekolah musik Yayasan Pendidikan Musik (YPM).

Bertindak sebagai sutradara adalah Raymond Lee, Tri Israni Arayana Sunarya sebagai penata artistik. Serta Bachwar Abdullah Wong dan Arlina Giyantri yang masing-masing bertindak sebagai narator dan make-up artist.

Baca artikel menarik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved