Jumat, 3 Oktober 2025

Demi Air Sri Terpaksa Berjalan Kaki Selama Satu Jam

Di Dusun Sabrang, Desa Giripurwo, Girimulyo, untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga harus mengambil di sumber

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Demi Air Sri Terpaksa Berjalan Kaki Selama Satu Jam
Tribun Jogja/Hari Susmayanti
Sri Siyamti rela berjalan kaki berkilo-kilometer demi mendapatkan air bersih.

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hari Susmayanti

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Musim kemarau telah menyebabkan puluhan mata air di wilayah pegunungan Menoreh tidak mengalir. Akibatnya, warga harus menempuh berkilo-kilometer untuk mendapatkan air bersih.

Di Dusun Sabrang, Desa Giripurwo, Girimulyo, untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga harus mengambil di sumber mata air yang dibuat di bebatuan pinggir sungai.

Tempat yang digunakan untuk mengambil air warga ini berupa cekungan yang dibuat menggunakan linggis. Dalamnya sekitar empat puluh centimeter dan selebar ember kecil. Cekungan di bebatuan sungai ini menjadi satu-satunya tumpuan warga dari beberapa dusun di wilayah Giripurwo. Setiap hari puluhan warga antre mengambil air dengan menggunakan jeriken.

Salah satu warga, Sri Siyamti (37) mengaku sudah sekitar dua bulan mengambil air dari cekungan di bebatuan pinggir sungai. Sejak air di sumber yang ada di dekat rumahnya kering, Sri setiap hari harus berjalan kaki selama satu jam untuk mendapatkan satu jeriken air bersih. Jalan yang menanjak serta berbatu membuat perjalanan untuk mendapatkan air menjadi semakin sulit.

"Rumah saya di Dusun Karanganyar dan mengambil air ke Dusun Sabrang. Setiap hari saya jalan kaki sambil menggendong jeriken. Untuk mengambil air saya harus berjalan kaki," katanya saat ditemui di sela-sela memasukkan air ke dalam jerikennya, Sabtu (15/9/2012) pagi.

Sri mengungkapkan, selama ini di tempat tinggalnya warga hanya menggantungkan kebutuhan air bersih dari sumber-sumber yang ada di pegunungan Menoreh. Namun sejak musim kemarau, banyak

sumber air yang mengering sehingga warga harus turun ke aliran sungai untuk mencari air bersih. Bagi yang mampu, warga membuat lubang-lubang di pinggir sungai dan memasanginya dengan mesin pompa air.

Setiap hari, Sri mengaku mengambil air sebanyak tiga kali yakni pagi, siang dan sore hari. Air yang diambilnya ini khusus untuk keperluan masak, sedangkan untuk mandi biasanya keluarganya langsung datang ke sungai.

"Airnya hanya untuk masak dan minum saja, sedangkan untuk mandi biasanya langsung datang ke sungai," ucapnya.

Baca Juga:

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved