Menguak Benang Merah Sejarah Seni Rupa Indonesia
Penutupan pameran disertai dengan bedah buku karya Jim Supangkat, sebagai kurator dan penulis buku “Srihadi dan Seni Rupa Indonesia

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA -Rangkaian acara pameran tunggal karya seni Srihadi Soedarsono (80 tahun) yang disponsori oleh JJ Royal Coffee dan Gulaku dari Sugar Group Companies telah diselenggarakan selama tiga bulan di Art:1 New Museum, Jl Rajawali Selatan Raya No 3 Jakarta, sejak 30 Mei 2012 ditutup Sabtu (1/9/2012).
Penutupan pameran disertai dengan bedah buku karya Jim Supangkat, sebagai kurator dan penulis buku “Srihadi dan Seni Rupa Indonesia”. Buku tersebut telah diluncurkan saat pembukaan pameran tunggal Srihadi Soedarsono.
Secara khusus, buku akan dibedah oleh Guru Besar dan ahli filsafat dari Universitas Katolik Parahyangan, Prof. Dr. Bambang Sugiharto. Sebagai moderator dan penanggap adalah Irma Damajanti dari Institut Teknologi Bandung. Acara ini akan dihadiri oleh Jim Supangkat selaku kurator serta A. Rikrik Kusmara dari Lembaga Penelitian Seni Rupa Institut Teknlogi Bandung yang akan memberikan jawaban dari pertanyaan audience.
Di akhir acara penutupan, juga diselenggarakan lelang amal lukisan karya Srihadi Soedarsono di mana sebagian dari hasil lelang lukisan tersebut didonasikan untuk Yayasan Kasih Mulia dan Yayasan Hati Suci.
Buku “Srihadi dan Seni Rupa Indonesia” merupakan upaya nyata dalam menuliskan sejarah seni rupa, terutama seni rupa lokal Indonesia serta pemahaman tentang global art. Dituangkannya sejarah seni rupa dalam bentuk tulisan adalah sangat penting mengingat penulisan sejarah seni rupa dapat membantu memahami perbedaan persepsi yang berkaitan dengan perbedaan budaya, perbedaan konteks dan perbedaan perkembangan. Sehingga dengan menggunakan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, buku ini membahas sejarah, posisi, dan peranan Srihadi selama 65 tahun berkarya dalam sejarah perkembangan seni rupa modern dan kontemporer di Indonesia. Karya-karya Srihadi menunjukkan benang merah sejarah seni rupa Indonesia.
Terkait dengan diluncurkannya buku tentang karya-karya dan peran sosok dirinya dalam perkembangan seni rupa di Indonesia, Srihadi mengatakan “Merupakan kehormatan tersendiri bagi saya dapat menjadi bagian dari perkembangan sejarah seni rupa di Indonesia. Permasalahan seni rupa kita adalah menemukan strategi untuk menjelaskan kedudukannya baik dalam perkembangan budaya Indonesia maupun budaya dunia karena proses kreasi seni bukan sekedar aktivitas sampingan kegiatan kultural”.
Sang penulis sekaligus kurator pameran, Jim Supangkat menegaskan, “Bahwa buku ini merepresentasikan proses perkembangan sejarah seni rupa di Indonesia karena perkembangan Srihadi dan karya-karyanya menunjukkan benang merah sejarah seni rupa Indonesia, yang tidak bisa ditemukan pada seniman Indonesia lainnya. Selain menjelaskan secara detail perjalanan karir artistik Srihadi yang sejalan dengan perkembangan sejarah seni rupa modern, buku ini mengkaji sejarah seni rupa Indonesia dan persinggungannya dengan perkembangan seni rupa dunia.
Prof. Dr. Bambang Sugiharto sebagai pembedah buku juga berpendapat bahwa, “Srihadi berusaha menuang suasana ke dalam setiap karyanya, seni Srihadi memperlihatkan pergumulan menawan antara modernisasi dan tradisi Jawa – sebuah pengembaraan jiwa dalam tegangan antara perjuangan politis-sosial dan pencarian mistis transendental. Sesuai dengan pandangan beliau bahwa pergeseran nilai-nilai dapat terjadi dari dalam lingkungan sendiri ataupun akibat benturan dengan nilai asing. Dan pada saat itu, seniman adalah katalisator pergeseran dimana para seniman harus mencapai keseimbangan antara nilai-nilai Barat atau dari mana pun nilai itu berasal dan nilai-nilai warisan kebudayaan kita sendiri. Setiap periode karyanya selalu berubah dan ada perkembangan karena beliau terus menggali ide sesuai perkembangan usia dan kematangan berpikir. Dengan mereguk habis formalisme Barat, Srihadi justru menemukan kembali konsep Seni ala Jawa: seni sebagai ibadah.”