Gudeg Itu Rasanya Tak Selalu Manis Lho
Kuliner Yogyakarta kini tak melulu menyuguhkan masakan-masakan manis saja. Gudeg misalkan, sudah mengalami modifikasi rasa.
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Ada beberapa julukan yang melekat pada Yogyakarta. Salah satunya adalah Kota Gudeg, masakan manis yang legit. Makanan khas Yogyakarta ini melekat sebagai ikon kuliner, tak beda, misalnya, dengan Pempek Palembang ataupun Sate Madura.
Sajian yang berbahan dasar nangka muda dan santan ini begitu familiar, bahkan rasanya tidak lengkap jika orang berkunjung ke Yogyakarta tanpa mencicipi masakan satu ini.
Begitu familiarnya gudeg, sehingga rasa-rasanya siapapun bisa menemukan gudeg di setiap sudut Yogyakarta, mulai dari kelas kaki lima sampai ke restoran dan rumah makan
mewah. Mulai dari sentra gudeg di Wijilan hingga di pelosok-pelosok daerah di Yogyakarta.
Ketua Indonesia Chef Association (ICA) Jateng-DIY, Fajar Subeni, mengakui bahwa Yogyakarta memang identik dengan rasa manis. Namun, seiring perkembangannya, kuliner Yogyakarta kini tak melulu menyuguhkan masakan-masakan manis saja. Para pelaku kuliner mulai melakukan pengembangan dan memodifikasi masakan demi menyesuaikan dengan selera pasar.
"Makanan di Yogya kini tidak selalu manis tetapi tetap tidak lepas dari ciri khas makanan itu sendiri. Bahkan gudeg Yogya tetap manis, meskipun untuk mengikuti selera
pasar, para pelaku kuliner mulai menampilkan nuansa gurih dan pedas dari kreceknya," ungkap Chef Beni, sapaan akrab Fajar Subeni, mencontohkan Gudeg Mercon di daerah Kranggan, sekitar 10 menit waktu perjalanan dari Tugu Yogyakarta.
Pada dasarnya, gudeg terbagi menjadi tiga varian, yakni gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah disajikan dengan kuah santan nyemek yang gurih. Gudeg Barek, Gudeg Batas Kota, ataupun gudeg yang dijual di pasar-pasar tradisional merupakan tipe gudeg basah yang biasanya dicari warga sebagai menu sarapan.
Namun, bagi Anda yang tertarik untuk menjadikan gudeg sebagai buah tangan, sebaiknya pilih varian gudeg kering di Sentra Gudeg Wijilan, sebelah selatan Plengkung
Tarunasura Keraton Yogyakarta (Plengkung Wijilan).
Gudeg jenis ini dimasak lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecokelatan sehingga bisa bertahan 24 jam, dan rasanya pun lebih manis. Biasanya penjual mengemasnya dalam kardus, besek (kardus dari anyaman bambu) atau kendil tanah liat.
Ada lagi varian gudeg Manggar. Jika umumnya gudeg berbahan dasar nangka muda, maka gudeg jenis ini berbahan dasar manggar alias bunga kelapa. Namun, karena keterbatasan bahan dasar, gudeg manggar agak sulit dijumpai dibandingkan dua jenis gudeg lain.