Kerusuhan Sampang
Kronologi Warga Soal Penyerangan Warga Syiah di Sampang
Hani tak ada prasangka sama sekali Minggu pagi pada 26 Juli 2012 menjadi peristiwa berdarah. Keluar dari rumahnya di Dusun Nangkernang, Desa
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hani tak ada prasangka sama sekali Minggu pagi pada 26 Juli 2012 menjadi peristiwa berdarah. Keluar dari rumahnya di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura, untuk mengantar anaknya ke Yayasan Pondok Pesantren Islam (YAPI), Bangil, Pasuruan.
"Massa menghadang sopir angkutan. Saya berangkat berdua. Sampai di sana banyak banjingan dana mereka mengajak saya berkelahi. Saya bilang, 'Kalau berani sama perempuan bukan lelaki,'" cerita Hani yang dari nada berbicaranya tinggi.
Nada sumbang berisi provokasi terus dilontarkan massa di tengah jalan. Karena tak mau meladeni mereka, Hani meminta sang sopir untuk melajukan mobilnya. Baru sekitar 50 meter, mobil yang ditumpangi Hani dan anaknya langsung disusul motor yang dikendarai massa.
Blokade motor massa, terpaksa membuat sopir angkutan menghentikan mobilnya. Mereka mengancam sopir jika tetap melaju bahkan sampai akan membakar mobilnya. Karena takut, Hani dan anaknya turun dari angkutan.
Kembali umpatan bernada provokatif dan tak sopan keluar dari mulut massa. Kalimat yang diingatnya, massa akan akan memperkosa Hani bergantian. Dia balik berbicara, tindakan itu tak sesuai ajaran Islam. Ia kekeuh tak mau pulang karena mau ke pondok. Tapi tak ada angkutan umum yang mau mengantarnya.
Saat itu, mobil Kapolsek lewat. Hani melaporkan kasus ini kepada Kapolsek Omben, tapi hanya bisa memberi masukan agar Hani sementara mencari tempat aman. "Dan massa akan saya bubarkan," ujar Kapolsek seperti ditirukan Hani.
Tak sampai di situ, massa tetap saja mengikuti Hani. Sampai-sampai, sandal yang dipakainya rusak. Karena kepanasan, Hani berteduh di bawah pohon mangga milik warga. Massa kesal dengan Hani sampai melemparkan ban yang terbakar ke arahnya.
"Setelah berteduh, enggak lama ada mobil polisi. Bukan mobil Kapolsek, tapi mobil polisi dan Pak Camat. Akhirnya saya masuk menumpang. Mau diantar, massa menghadang," katanya lagi.
Namun, mobil yang ditumpangi Hani akhirnya dapat sampai ke rumahnya. Enggak lama sampai rumah, untuk duduk-duduk, massa datang dan langsung menyerang, dengan melempar batu. Aksi Kapolsek Omben yang mencegat aksi massa tak berbuah hasil. Jumlah mereka kalah jauh, hanya sekitar empat orang.
"Kita ini disuruh mundur sama Kapolsek untuk tidak jatuh korban. Akhirnya sampai di satu tempat rumah Hamama. Dia bilang sudah cukup jangan diterusin. Dia ngomong sama massa. Tapi tak mempan. Kataya dia dicelurit enam orang," tukasnya.
Hamama akhirnya tewas. Tohir, yang ikut membantu mengamankan Hamama ikut jadi korban. Kondisinya kritis dan dirawat di rumah sakit. Beberapa luka serius didapat Tohir karena sabetan celurit. Zaini, anak Tohir membenarkan kondisi ayahnya.
Baca Juga: