Percaloan di Kantor Imigrasi Bandung: Tak Sabar Antre
Indikasi praktik percaloan paspor di Kantor Imigrasi Kelas 1 Bandung, masih marak terjadi. Padahal pelayanan di kantor
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Indikasi praktik percaloan paspor di Kantor Imigrasi Kelas 1 Bandung, masih marak terjadi. Padahal pelayanan di kantor tersebut sudah memadai dan memungkinkan masyarakat tidak perlu lagi menggunakan jasa calo.
Fenomena ini menurut sosiolog, Elly Malihah, karena adanya kesempatan dalam kesempitan.
"Artinya karena masih banyak orang yang tidak sabar untuk antre membuat paspor. Terlebih bagi mereka yang memang tidak punya waktu banyak dan memiliki uang. Bagi mereka ini, waktu adalah uang. Daripada antre menghabiskan waktu, mencari jalan instan," kata dosen prodi Pendidikan Sosiologi yang juga Pembantu Dekan Biang Akademik dan Kemahasiswaan FPIPS UPI itu, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (24/8).
Pada kenyataannya, kata Elly, memang masih banyak orang-orang yang seperti itu, yakni memilih cara instan untuk bisa memperoleh paspor. Hal ini "ditangkap" oleh pihak ketiga yakni calo untuk mempermudah bagi mereka yang membutuhkan paspor tanpa harus antre.
Bagi para calo, ini menjadi lahan pekerjaan. Meski tentu saja, para calo ini juga memanfaatkan kesempatan tersebut dengn berkoordinasi dengan oknum di dalam jajaran birokrasi tersebut.
"Bila pelayanan sudah mudah namun masih ada masyarakat yang memilih memanfaatkan jasa calo, maka harus ada yang dibenahi dari sistem pelayanan. Biasanya masyarakat tidak bisa antre lama, seperti tadi, banyak orang yang tidak bisa menunggu karena masalah waktu," katanya.
Sistem yang harus dibenahi, ujarnya, bagaimana agar masyarakat yang ingin membuat paspor tidak perlu antre lama. Kalaupun harus menunggu karena banyaknya orang yang akan membuat paspor, maka masyarakat tidak perlu menunggu di lokasi.
Elly menyarankan, agar pihak Imigrasi menyediakan tempat untuk berkas, nanti petugas yang akan menyeleksi berkas tersebut. Berkas yang lengkap, diberi kepastian untuk proses selanjutnya. Seperti kapan orang tersebut bisa datang kembali ke kantor Imigrasi untuk proses pengambilan foto.
Sistem layanan yang sudah bagus, ujarnya, yakni membuat paspor melalui online. Dengan cara ini juga mempermudah dan orang hanya tinggal datang sesuai tanggal yang ditetapkan untuk pengambilan foto.
"Seperti sistem SNMPTN saja. Cara online ini sudah bagus, dan mungkin perlu disosialisasikan lagi agar masyarakat lebih tahu tentang tata caranya," katanya.
Terkait menghilangkan praktik percaloan, menurutnya perlu ada ketegasan juga dari konsumen. Bila ditawari, tolak secara tegas dan memilih prosedur biasa. Selain itu, perlu adanya juga ketegasan dari Kantor Imigrasi yakni tidak melayani pembuatan paspor melalui calo.
"Intinya semua pihak harus tegas untuk menciptakan pelayanan publik yang lebih baik lagi," katanya.
Diberitakan sebelumnya, praktik percaloan pada pembuatan paspor ditengarai masih terjadi secara terselubung di Kantor Imigrasi Kelas I Bandung. Ada dugaan, sejumlah agen perjalanan mendapatkan kemudahan untuk membuat paspor konsumen yang akan bepergian melalui travel mereka. Apabila melalui jalur resmi, paspor baru selesai dua minggu, melalui travel, paspor bisa selesai lebih cepat.
Tentu saja, dugaan praktik percaloan pembuatan paspor ini dibantah travel agent. Jasa pembuatan paspor, menurut para pengelola travel, hanya sebagai layanan tambahan bagi konsumen yang akan melakukan perjalanan melalui lembaga mereka, bukan untuk masyarakat umum.
Selain itu, menurut pengelola Aria Wisata, Tuti Turimayanti, tidak semua travel bisa mengajukan pembuatan paspor kolekif ke Imigrasi. Hanya biro jasa yang sudah mengantongi lisensi yang bisa.
Hal sama pun ditegaskan Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Bandung, Ali Rachman. Ali menyatakan, tidak ada praktik percaloan di kantor yang dipimpinnya. Menurutnya, sejauh ini, pihaknya senantiasa melakukan pengawasan ketat guna mengantisipasi terjadinya praktik percaloan pembuatan paspor.