Saya Bangga Jadi Anak Bangsa Paling Plural Sedunia
Pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitasnya sebagai kader bangsa, dengan menjaga kepentingan bangsa dan keutuhan negara.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitasnya sebagai kader bangsa. Namun sebutan kader bangsa baru dapat diberikan kepadanya secara sadar melakukan kepentingan bangsa yakni menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Dalam bergerak, kader tersebut tidak mengatasnamakan kader organisasi ini, organisasi itu, atau juga, mengaku sebagai kader kelompok ini atau kelompok itu. Kader bangsa ya kader bangsa, yang menginginkan dan mempertahankan Indonesia Satu Tak Terbagi," kata Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Noer Farjieansyah, dalam dialog kebangsaan berjudul "Refleksi Perjalanan Bangsa Menatap Indonesia Ke Depan" yang diadakan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Kantor DPP PPP Jalan Diponegoro, Rabu (15/8).
Menurut Fajri, menjaga Indonesia satu yang tak terbagi merupakan keharusan para kader organisasi apapun dasar gerakannya. Dalam kewajiban itu terkandung semangat untuk menghargai pluralisme yang merupakan anugerah bagi Indonesia. Seseorang baru dapat dikatakan sebagai kader bangsa jika ia bergerak atas nama organisasinya dalam rangka menjaga keutuhan kesatuan negara dan bangsa Indonesia.
Dalam dialog yang dihadiri sekitar 200 orang ini, sebagai pembicara lain adalah Ketua Umum PMII Addin Jauharudin, Ketua Pemuda Muhammadiyah Saleh, Ketua Gerasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) Hilman Ismail Hasan Metareum dan Ketua Pemuda Muslimin, Dawak Faturohman.
Pernyataan Fajrie didukung Addin Jauharudin. Menurutnya, suatu anugerah bagi bangsa Indonesia dilahirkan di negara yang paling plural di dunia. Pada dasarnya, Indonesia tidak hanya paling plural tetapi juga merupakan negara paling toleran penduduknya.
"Saya bangga menjadi anak bangsa Indonesia, sebuah negara yang paling plural di dunia dan sekaligus paling toleran. Namun toleransi dirusak oleh sekelompok oknum. Perusakan itu bertujuan agar kondisi plural di Indonesia terganggu dan akhirnya berkesan, toleransinya hilang," kata Addin, Ketua Umum PMII, organisasi yang secara sosilogis berada di bawah Nahdlatul Ulama.
Fajri dan Addin adalah dua tokoh muda dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia pada bulan Juli 2012 mengadakan studi perbandingan pluralisme ke Russia. Russia dianggap memiliki peta sosial yang mirip dengan Indonesia karena menjunjung pluralisme dengan berbagai keberagaman budaya, agama, suku dan etnis.
Bersama-sama kedelapan organisasi mahasiswa lainnya, HMI dan PMII mendorong kembali tumbuhnya cinta tanah air melalui iklan di media massa berjudul "Indonesia Satu Tak Terbagi".
Selain HMI dan PMII, organisasi lain yang mendukung gerakan Indonesia Satu Tak Terbagi adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiwa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Pelajar Indonesia Se-Dunia (PPI Dunia), Himpunan Mahasiswa Kosgoro 1957, Mahasiwa Budha Hikmahbudhi dan Lingkar Studi Mahasiwa Indonesia (LISUMA) dan Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa). (*)