Kisah Kehidupan Baru Menteri BUMN Dahlan Iskan (4)
Hari ini, lima tahun terlewati dengan penuh berkah. Allah memberikan nikmat jauh melebihi dari yang saya gambarkan. Jauh sekali.

ALLAHU Akbar!
Hari ini, lima tahun terlewati dengan penuh berkah. Allah memberikan nikmat jauh melebihi dari yang saya gambarkan. Jauh sekali.
Semula, tidak lama setelah saya siuman dari pengaruh anestesi selama 13 jam, setelah saya menyadari bahwa operasi saya berhasil (meski masih untuk sementara), setelah saya mengucapkan rasa syukur, saya pun bertekad untuk tidak lagi mau mengurus perusahaan. Terutama karena selama dua tahun saya sakit toh perusahaan tetap berkembang.
Lalu saya hanya ingin mau mengerjakan tiga hal saja: menjadi guru jurnalistik, menulis buku, dan kembali mengurus pesantren keluarga. Kebetulan keluarga kami memiliki lebih dari 100 buah madrasah yang tergabung dalam Pesantren Sabilil Muttaqien, yang didirikan oleh seorang mursyid tarekat Syathariyah.
Saya merasa bersalah karena selama itu saya terlalu sibuk ‘mencari duit’ sehingga kurang ikut mengurus pesantren ini.
Sama sekali tidak membayangkan kalau suatu saat saya diminta oleh Bapak Presiden SBY untuk menjadi CEO PLN. Saya sudah merasa sangat bahagia kalau bisa menjadi guru jurnalistik, menulis buku, dan mengurus pesantren. Tidak ada bayangan sama sekali menjadi pejabat.
Saya pun sudah mencoba menolak mati-matian jabatan CEO PLN itu, tapi pada akhirnya ini: dengan memperpanjang umur saya, mungkin Allah punya kehendak lain yang harus saya kerjakan. Saya pun menerima takdir itu. Pun ketika kemudian harus menjadi Menteri Negara BUMN.
Toh saya masih tetap bisa mengajar jurnalistik, menulis buku, dan mengurus pesantren keluarga.
Pekerjaan penting menjelang lima tahun 'hidup baru’ ini tentu harus saya lakukan: memeriksa apakah ada sel-sel kanker di badan saya, sisa-sisa kanker yang dulu.
Allahu Akbar!
SELESAI
Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN
KLIK JUGA: