Dana Jamkesda Jember Habis Karena Salah Sasaran
Dana Jamkesda bisa habis di tengah jalan kayak sekarang ini bisa saja dikarenakan dua hal, pertama pemberian
TRIBUNNEWS.COM,JEMBER- Dana Jamkesda Kabupaten Jember, Jawa Timur telah habis.
Habisnya dana Jamkesda Jember di tengah jalan, dikarenakan dua faktor yakni, salah sasaran dan angka orang sakit di Kabupaten Jember tinggi.
Dua faktor ini diungkapkan oleh anggota Komisi IX DPR RI, Subagyo Partodiharjo di sela-sela waktu reses-nya di Jember.
"Dana Jamkesda bisa habis di tengah jalan kayak sekarang ini bisa saja dikarenakan dua hal, pertama pemberian dana itu salah sasaran dan yang kedua angka orang sakit di Kabupaten Jember ini tinggi," ujar Subagyo yang komisinya membawahi bidang kesehatan dan ketenagakerjaan ini, Rabu (25/7/2012).
Kabupaten Jember, menurut Subagyo, merupakan kabupaten kaya di Jawa Timur namun sayang angka indeks pembangunan manusia (IPM) rendah.
Hal ini masih terlihat dari tingginya angka orang sakit di Jember.
Berapapun dana Jamkesda dikucurkan, jika angka orang sakit di kabupaten Jember tinggi maka dana itu akan habis. Oleh karena itu,untuk menekan angka sakit itu seharusnya Pemkab Jember lebih menekankan para program promotif dan preventif kesehatan.
"Jadi lebih ke penyuluhan, sosialisasi kesehatan juga tindakan-tindakan pencegahan sehingga seseorang tidak jatuh sakit," imbuhnya.
Gerakan promotif dan preventif itu harus dilakukan sejak dini. Salah satu yang membuat angka orang sakit di Jember tinggi karena masyarakat masih menerapkan tujuh kebiasaan keliru di bidang kesehatan.
Tujuh kebiasaan keliru itu adalah pola makan terbalik, pengetahuan dan sikap tentang air susu ibu masih keliru, kelirunya persiapan kehamilan dan kelahiran, masih adanya pernikahan dini, kebiasaan merokok, malas berolahraga dan buruknya kesehatan rumah dan lingkungan.
Subagyo menambahkan, habisnya dana Jamkesda yang pertama diakibatkan salah sasaran dimungkinkan Pemkab tidak mempunyai data atau kebijakan yang jelas untuk pengucuran dana itu.
"Pendataan itu perlu dan penting, namun juga yang terpenting anggaran harus pro poor (pro rakyat miskin). Sehingga dana yang besar tidak habis hanya untuk mengobati orang sakit," tegas Subagyo.