Silakan Lapor Kalau Ada Perpeloncoan
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) ternyata masih ada yang meminta siswa baru untuk membawa
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) ternyata masih ada yang meminta siswa baru untuk membawa sejumlah tugas. Dan tugas-tugas ini mau tidak mau terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh orangtua siswa.
Seperti yang diakui Atie, salah satu orangtua yang anaknya sekolah di sebuah SMP di Bandung. Menurut Atie, anaknya tersebut mendapat sejumlah tugas yang harus dibawanya saat pelaksanaan MPLS. Dan bentuk perintahnya seperti semacam teka-teki yang harus "dipecahkan" sendiri oleh anaknya.
"Disuruh membawa seperti buah canggih, mungkin maksudnya apel. Ada juga disuruh bawa bekal nasi putih ditambah kotak kuning, maksudnya tahu dan kacang bersatu, maksudnya tempe. Ada juga tugas buat kursi goyang (dari kertas karton). Memang keluar biaya tapi tidak masalah sih, tugas-tugas bisa dicari sendiri sama anak," kata Atie, Senin (9/7/2012).
Menurut Ketua Forum Orangtua Siswa (Fortusi) Kota Bandung, Dwi Subawanto, pihaknya belum menerima laporan seputar pelaksanaan MPLS. Namun setiap tahun, Fortusis selalu menerima laporan terkait kegiatan tersebut, yang kebanyakan mengeluhkan tentang biaya yang harus dikeluarkan orangtua untuk mendukung pelaksanaan MPLS anaknya di sekolah. Selain itu ada juga pengaduan tentang perploncoan.
"Laporan belum ada. Tapi memang setiap tahun ada saja laporan, seringnya tentang beban biaya melalui tugas-tugas yang aneh, cara-cara seperti ini tidak ada unsur pendidikannya," kata Dwi.
Dengan pelaksanaan MPLS seperti itu, ujarnya, justru hanya akan menjadi beban ekonomi orangtua khususnya mereka yang kurang atau tidak mampu. Dan pada pelaksanaan MPLS, kebanyakan memang tidak terdapat pada jadwal kesiswaan serta tidak ada pembebanan tugas. Adanya pembebanan improvisasi di lapangan oleh seniornya.
"Kalau masih terjadi seperti itu Wakasek yang harus bertanggungjawab. Ini (MPLS) terjadi di SMP, SMA, dan SMK. Rata-rata dihitung bisa mengeluarkan Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Coba buat warga miskin kasihan kan jadi beban. Lebih baik buat ongkos atau beli buku," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Oji Mahroji, mengatakan MPLS dilaksanakan untuk memperkenalkan lingkungan sekolah kepada siswa baru dengan tujuan salah satunya agar mereka cepat adaptasi. Biasanya diisi dengan penelahaan umum dan hari berikutnya bisa untuk memperkenalkan ekstrakulikuler di sekolah tersebut.
"Yang pasti pada pelaksanaannya tidak boleh ada penekanan, penghinaan, penugasan, dan pembebanan secara ekonomi pada orangtua siswa. Atau ada atribut yang menggambarkan kesemrawutan seperti rambut dikuncir baju dicompang camping atau siswa baru harus berguling di tanah, itu perploncoan. Bukan untuk peningkatan mutu," katanya ditemui di Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung Jalan Ahmad Yani, Senin (9/7/2012).
Untuk itulah, ujarnya, jika ternyata masih ada sekolah yang melakukan hal-hal seperti pembebanan dan perploncoan, bisa melapor melalui SMS pengaduan di nomor 081320592929. Laporan yang masuk akan ditindaklanjuti.