Parkour, Strategi Mundur Untuk Menang
JIKA anda berkesempatan lewat di kawasan Taman Parkir Utara Kampus ITB pada Minggu pagi,
TRIBUNNEWS.COM - JIKA anda berkesempatan lewat di kawasan Taman Parkir Utara Kampus ITB pada Minggu pagi, Selasa atau Jumat sore, jangan heran bila menemukan banyak orang-orang yang berlompatan melintasi tembok-tembok persegi penghias taman yang dijadikannya sebagai halang rintang.
Seperti terlihat, Jumat (6/7/2012) sore, di taman tersebut ada beberapa orang yang berlatih dengan cara berlari lalu melompati tembok-tembok pembatas yang ada di taman itu. Gerakannya cepat sekali dan terlihat efisien dalam melewati halang rintangnya. Mereka itulah yang menamakan diri sebagai anggota komunitas Parkour Bandung.
Seorang anggota komunitas, Aulia Mahardi yang akrab disapa Uli mengatakan komunitas ini ada sejak 19 Agustus 2007 lalu yang dirintis Ais dan beberapa temannya yang juga merintis berdirinya Parkour Indonesia dan beberapa komunitas parkour di kota lain. Awalnya pencinta parkour di Bandung ini hanya beberapa orang saja. Namun sekarang anggotanya yang aktif setiap kali latihan, terutama pada hari Minggu bisa mencapai 60 orang.
Mereka seminggu tiga kali latihan di Taman Parkir Utara ITB. Latihan utamanya setiap Minggu pagi mulai pukul 08.30 hingga siang. Sedangkan hari latihan lainnya adalah Selasa dan Jumat sore mulai pukul 16.00 hingga 18.00.
Dalam setiap latihannya terutama yang hari Minggu mereka membagi kelas, yakni Basic Class, Class for Beginner, dan First Timer Class. Pada setiap momen latihan itu pun mereka selalu terbuka bagi siapa saja ingin memulai gabung, namun diharapkan bagi yang pemula diharapkan datang pada Hari Minggu.
Peminat olahraga parkour ini memang sekarang ini semakin berkembang. Belum lama ini pun saat digelarnya Girls Day Out 2012 yang mengenalkan parkour bagi kalangan perempuan peminatnya cukup banyak. Mereka berlatih bersama di kawasan Kampus ITB selama seharian. Mulai dari latihan dasar sampai mencoba halang rintang. "Saya sendiri baru belajar parkour sejak tahun 2009," kata Uli yang masih kuliah di Fakultas Hukum Unpad.
Awal kesukaannya pada parkour karena melihat film Yamakasi (film yang menceritakan tentang kelompok pencinta parkour di Perancis). Ketika itu diakuinya merasa tertarik karena gerakannya terlihat tidak biasa dan keren, sehingga keinginan untuk bisa pun semakin menggebu-gebu karena ingin terlihat keren.
"Tapi setelah ikut latihannya. Perasaan untuk menjadi keren itu berubah. Karena ternyata dalam pembelajaran parkour itu juga diajarkan tentang filosofinya yang hanya untuk membuat sehat dan bugar dengan mampu melakukan gerakan-gerakan yang cepat dan efisien. Jadi sekarang ini sudah tidak ada lagi keinginan untuk menjadi keren itu," tutur Uli.
Dengan belajar parkour diakui Uli, selain menjadikan badannya sehat dan kuat, juga bisa menjadikan parkour sebagai alat seni bela diri. Namun beladiri dengan parkour ini bukan untuk menyerang lawang yang mengganggu, tapi menjadi seni untuk kabur bila melihat kondisi lawan yang dinilai tidak akan sanggup untuk dihadapi. "Jadi kalau kita dihadang belasan atau puluhan orang kita bisa melarikan diri dengan cara parkour. Ini juga bisa disebut sebagai strategi mundur untuk menang," tuturya sambil tertawa. (Tribun Jabar/Dedy Herdiana)