Palestina Minta Kematian Arafat Diselidiki
Pejabat Palestina meminta penyelidikan internasional atas kematian mantan pemimpin mereka, Yasser Arafat
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA Pejabat Palestina meminta penyelidikan internasional atas kematian mantan pemimpin mereka, Yasser Arafat, sesudah ada klaim bahwa ia meninggal karena diracun.
Ilmuan Swiss mengatakan dalam acara dokumenter televisi al-Jazeera bahwa bahan radioaktif polonium-210 ditemukan di antara benda-benda yang diberikan pada jandanya, Suha Arafat sesudah kematiannya pada 2004.
Saat itu, Suha menolak otopsi, tetapi sekarang ia meminta jenazahnya digali untuk keperluan tes lebih lanjut.
Catatan medis Arafat mengatakan ia terkena stroke akibat gangguan darah.
Mantan asisten Arafat, Nabil Abu Rdeinah, yang kini menjadi juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan "tidak ada alasan agama atau politis yang mencegah investigasi lebih lanjut terhadap hal ini, termasuk menggali tubuhnya" selama permohonan itu datang dari keluarga mantan pemimpin Palestina tersebut.
Seorang pejabat Palestina lainnya, Saeb Erekat, mengatakan yang terpenting adalah "membentuk komite investigasi internasional melalui Dewan Keamanan (PBB) atau Pengadilan Internasional untuk menangani masalah ini."
Banyak rakyat Palestina yang yakin Arafat diracuni oleh Israel, yang menganggapnya sebagai halangan atas perdamaian dan menempatkannya dalam tahanan rumah. Israel menyangkal semua tuduhan atas keterlibatan mereka.
Ada pula yang menduga Arafat mengidap Aids.
'Tak bisa dijelaskan'
Suha Arafat menyatakan ia bersedia jenazah suaminya digali
Arafat yang memimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) selama 35 tahun dan menjadi presiden Otoritas Palestina pertama pada 1996, sakit keras pada Oktober 2004 di rumahnya di Tepi Barat.
Dua pekan kemudian ia dibawa ke rumah sakit militer Prancis di Paris dan meninggal dunia pada 11 November 2004 pada usia 75.
Dokter-dokter yang merawatnya di Prancis tidak mengeluarkan informasi apa pun atas kondisi Arafat atas dasar kerahasiaan data pasien.
Selasa (03/07), al-Jazeera melaporkan bahwa Institut Fisika Radiasi (IRA) di Universitas Lausanne di Swiss menemukan adanya polonium-210 dalam jumlah "signifikan" dalam sampel yang diambil dari benda-benda pribadi Arafat, termasuk kafiyah yang menjadi ciri khasnya.
"Saya bisa mengkonfirmasi bahwa kami mengukur adanya polonium-210 dalam jumlah besar dari benda-benda milik Arafat yang mengandung noda-noda cairan biologis," kata Dr Francois Bochud, direktur Institut Fisika Radiasi, pada al-Jazeera.
Dalam beberapa kasus, jumlah itu 10 kali lebih tinggi dari subyek yang terkontrol, dan polonium itu tidak mungkin berasal dari sumber-sumber alami, kata si ilmuan.