Kompor Biogas Kotoran Sapi Makin Diminati
Termasuk saat ada kelangkaan gas, istrinya tetap dapat memasak
TRIBUNNEWS.COM,KEDIRI- Progam pemerintah menghemat energi di respons positif masyarakat di pedesaan. Salah satunya Latif Wilopo (40) yang membuat kompor biogas hemat energi yang memanfaatkan tletong atau limbah kotoran sapi.
Kini keluarga Latif Wilopo warga Desa Ngreco, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, Jawa Timur tak perlu pusing-pusing lagi membeli tabung gas elpiji. Masalahnya, dia sudah membuat instalasi kompor biogas hemat energi yang memanfaatkan limbah kotoran sapi.
Sudah hampir setahun keluarga Latif memanfaatkan biogas tersebut sebagai pengganti gas elpiji untuk memasak keluarganya. Hasilnya juga cukup lumayan karena uang belanja untuk membeli gas setiap bulan dapat dihemat untuk keperluan lain. Termasuk saat ada kelangkaan gas, istrinya tetap dapat memasak.
Menurut Latif, memakai tabung gas elpiji dengan biogas dari kotoran sapi tidak ada bedanya serta tidak berpengaruh pada rasa masakan. “Rasa masakan sama sekali tak ada bedanya. Meski biogasnya dari kotoran sapi juga tidak berbau. Masakan juga tetap lezat,” ungkapnya kepada kepada Surya Online, Rabu (27/6/2012).
Sebelum memakai biogas kotoran sapi, rata-rata keluarga Latif setiap bulan mengganti empat hingga lima kali tabung gas elpiji ukuran 3 kg untuk keperluan memasak istrinya. Di kampungnya harga tabung gas elpiji ukuran 3 kg biasa dijual Rp 13.000.
Malahan kalau tabung gas langka harganya melonjak hingga Rp 14.000. Sehingga dalam sebulan keluarga Latif dapat menghemat pengeluaran Rp 52.000. “Setelah memanfaatkan kompor biogas tletong, kami tak pernah lagi membeli tabung gas elpiji,” tuturnya.
Ide membuat instalasi kompor biogas muncul karena di belakang rumahnya menjadi tempat kandang kelompok peternak sapi. Ada sekitar 10 ekor sapi yang setiap hari menghasilkan sekitar dua kuintal limbah yang terbuang percuma. Limbah tletong itu selama ini hanya dipakai pupuk kandang.
Atas saran petugas penyuluh lapangan dia kemudian mewujudkan idenya memanfaatkan limbah tletong untuk kompor biogas. Selain dapat dimanfaatkan untuk kompor, ada satu jaringan yang dapat digunakan khusus untuk lampu penerangan di dapur.
Diakuinya pembuatan instalasi kompor biogas kotoran sapi sangat sederhana dengan biaya sekitar Rp 3 jutaan. Kelengkapan utama biogas itu membuat bak penampung kotoran ukuran 2 x 2 meter dengan kedalaman sekitar 2 meter serta di atasnya diberi penutup dari fiber.
Selanjutnya di atas penutup fiber dipasang selang paralon yang berfungsi menyalurkan gas dari kandang ke dapur rumah yang berjarak sekitar 30 meter. Kapasitas bak penampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk memasak nonstop selama sekitar 2 - 3 jam.
“Kalau gasnya habis biasanya nyala kompornya juga meredup. Setelah kami biarkan satu jam, kompornya sudah dapat dipakai memasak kembali,” terangnya.
Sebenarnya kapasitas bak penampungan limbah tersebut dapat diperbesar karena sapi yang dikelola kelompok peternak ada 10 ekor. Sehingga biogas yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dua sampai tiga rumah tangga.
Latif sebenarnya tidak keberatan menyalurkan sebagian biogas tletong kepada tetangganya. Namun masalahnya rumah Latif dengan rumah tetangga yang lainnya agak berjauhan. Kini biogas tletong yang telah dibuat Latif banyak diconto koleganya. Selain hemat energi juga sangat ekonomis.