Kamis, 2 Oktober 2025

Persahabatan Bertha Nazar Berbuah Cekal

Bertha: Saya Kenal Nazaruddin Tujuh Tahun Lalu (1)

Sekretaris Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Partai Demokrat, Bertha Herawati gerah usai dicekal dan diperiksa KPK

Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Bertha: Saya Kenal Nazaruddin Tujuh Tahun Lalu (1)
Tribunnews.com/Fx Ismanto/Tribunnews.com/Fx Ismanto
M Nazaruddin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Partai Demokrat, Bertha Herawati gerah usai dicekal dan diperiksa KPK terkait kepulangan mendadak Neneng Sri Wahyuni, tersangka korupsi pemasangan PLTS di Kemenakertrans Rp 8,9 miliar.

Apa peran dan kaitannya? Inilah testimoni Bertha Herawati;

MENCEGAH simpang siur berita tentang diri saya, maka saya merasa perlu membuat pers release berikut ini, sehubungan berita-berita yang muncul di media elektronik maupun media cetak sejak kemarin sampai hari ini, terkait kasus kembalinya buronan atas nama Neneng Sri Wahyuni dari persembunyiannya selama ini.

Saya memang mengenal ibu Neneng Sri Wahyuni dengan baik, sejak kira-kira lima tahun lalu melalui suaminya, yaitu Bapak Muhammad Nazaruddin yang telah lebih dulu saya kenal kira-kira tujuh tahun lalu sebagai client saya.

Hubungan saya dengan Bapak Nazaruddin dan dengan ibu Neneng sangat baik, dan cukup dekat. Sebagai Notaris, saya sering diajak konsultasi oleh Bapak Nazar dan juga oleh Ibu Neneng, khususnya saat mereka hendak melakukan pembelian aset atau hendak mendirikan perusahaan baru.

Tetapi tidak semua pembelian aset dan pendirian perusahaan milik mereka diserahkan kepada saya untuk pembuatan aktenya, malah lebih banyak memakai jasa Notaris & PPAT lain. Hubungan kami lebih condong ke persahabatan, bukan lagi hanya sebagai notaris dengan client.

Selama saya berhubungan dengan mereka, saya tak pernah mengetahui apa sebenarnya jenis pekerjaan atau proyek-proyek yang mereka kerjakan, karena mereka tak pernah membahas atau menceritakan urusan proyek kepada saya.  

Saya pun sangat kaget ketika kasus mereka muncul sejak tertangkapnya Rosalina Manullang. Selama Bapak Nazaruddin buron, saya tak pernah tahu di mana beliau berada. Saya hanya tahu sebatas ketika beliau masih di Singapura, dan bahkan saya pernah menemui beliau di sana, juga ada Ibu Neneng.

Ketika Ibu Neneng telah menjadi buronan pun, saya tak pernah tahu di mana beliau bersembunyi. Tetapi dari media, saya tahu bahwa beliau ada di Malaysia. Saya memang pernah ke Kuala Lumpur, tapi sama sekali tak ada urusannya dengan ibu Neneng, dan saya tak bertemu ataupun kontak dengan ibu Neneng.

Oleh karena sejak beliau buron, saya tak pernah berkomunikasi dengan beliau. Saya hanya mengetahui kabarnya dari Bapak Nazaruddin yang mengatakan bahwa Ibu Neneng dalam keadaan baik-baik saja bersama anak-anak mereka.
                                                                                                     Tak Tahu Pulang
Saya tak pernah mengetahui rencana kepulangan Ibu Neneng. Yang saya tahu, Ibu Elza Syarief SH (pengacara Bapak Nazaruddin) pernah menawarkan untuk membawa pulang Ibu Neneng ke Jakarta, dan bahkan membuat surat ke KPK untuk rencana tersebut.

Kedua orang Warga Negara Malaysia yang diduga datang ke Jakarta bersama-sama dengan Ibu Neneng, memang betul saya kenal sejak akhir tahun 2011. Yaitu, ketika mereka bermaksud berinvestasi di Indonesia.

Kami ketemu beberapa kali untuk membahas rencana tersebut, juga dengan beberapa orang lainnya, baik tim mereka dari Malaysia, juga pemilik proyek di Indonesia yang rencananya akan kerjasama dengan mereka.  

Tetapi sampai hari ini rencana investasi tersebut belum ada yang terealisasi. Saya sudah diberi copy passport keduanya untuk sewaktu-waktu membuat draft perjanjiannya, kalau rencana tersebut dapat diwujudkan.

Setiap kali kedua WN Malaysia tersebut (Bapak Hasan dan Bapak Azmi), datang ke Indonesia, biasanya mereka mengabari saya, mengajak makan siang atau makan malam, tetapi tidak setiap kali mereka ke Indonesia saya mengetahui apa urusan mereka.

Karena, katanya banyak urusan lain yang mereka kerjakan di Indonesia. Misalnya di Medan, Pekanbaru dan Jakarta.

Baca Juga:
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved