Senin, 6 Oktober 2025

Hotel Planet Holiday Diserang

Dua Kelompok Berdamai di Novotel

Novotel Hotel menjadi saksi bisu perdamaian antara kedua belah pihak yang bertikai pada kerusuhan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Dua Kelompok Berdamai di Novotel
Tribun Batam/Candra Pusponegoro
Petugas Polantas menutup jalan depan Hotel Planet Batam pascakerusuhan yang terjadi Senin (18/6/2012) sore.

Laporan Tribunnews Batam, Dewi Haryati

TRIBUNNEWS.COM, BATAM- Novotel Hotel menjadi saksi bisu perdamaian antara kedua belah pihak yang bertikai pada kerusuhan yang terjadi di Planet Holiday, Senin (18/6/2012) malam. Pada pukul 20.30 WIB terjadi mediasi, tidak hanya melibatkan kedua etnis, flores dan batak yang berseteru, namun juga menghadirkan tokoh-tokoh dari beberapa suku di Indonesia.

Pada kesempatan itu juga tercapai beberapa kesepakatan, yang pada intinya menyatakan bahwa kericuhan yang terjadi di Planet Holiday tidak ada hubungannya sama sekali dengan unsur etnis. Meskipun kecenderungan masa berasal dari kedua etnis tersebut, apalagi menyangkut organisasi. Kejadian tersebut murni dipicu kesalahpahaman masalah hubungan bisnis antara PT Lordway Accomodation Engginering dan PT Hiunday Metal Indonesia yang menggunakan massa dari kalangan sipil.

Menengahi isu antar etnis yang berkembang, seorang hadirin menujukan nota kesepahaman antara suku Flores dan Batak yang pernah kisruh tahun 1999 lalu. Dalam surat yang terdiri dari 5 butir dan ditandatangani di atas materai itu, suku Flores dan Batak sepakat untuk melakukan perdamaian akbar dengan hati yang tulus dan ikhlas. Ditunjukannya surat itu dalam proses mediasi mengisyaratkan bahwa baik suku Flores dan suku Batak bertekad tidak ingin mengulang kembali dengan alasan apapun kerusuhan yang pernah terjadi di antara ke-2 nya.

Demi menjaga keamanan, dan kenyamanan serta kerukunan antar suku dan agama di daerah Batam, beberapa tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk ketua paguyuban, sepakat untuk melakukan nota perdamaian. Sekitar 30 perwakilan dari beberapa daerah di Indonesia yang ada di Batam, dan ketua paguyuban menandatangani perdamaian itu. Pada intinya bubuhan tanda tangan mereka mengartikan mereka tidak ingin lagi terjadi kerusuhan di Batam dengan ataupun tanpa mengatasnamakan etnis.

Pada mediasi yang dihadiri Walikota Batam, Ahmad Dahlan, Wakil Walikota Batam, Rudi, Kapolresta Barelang, Kombes Karyoto, Dandim, Ahmad Rizal Ramdani, dan Ketua DPRD kota Batam, Surya Sardi, dan beberapa tokoh masyarakat dan paguyuban di Batam. Ahmad Dahlan juga memberi kesempatan kepada hadirin untuk didengar pendapatnya.

Masrul, memberikan masukan terkait pernyataan Ahmad Dahlan, bahwa pemerintah kota Batam akan menanggung biaya pengobatan korban kericuhan ini.

"Boleh saja pemerintah bermaksud baik untuk menanggung biaya pengobatannya, tapi alangkah baiknya kalau biaya pengobatan ditanggung pengusaha yang bertikai. Dana dari pemerintahkan berasal dari uang rakyat, uang negara. Nanti kalau ada pertikaian kecil, pemerintah juga yang akan menanggung biayanya," usul Masrul kepada Dahlan.

Masukan juga terkait, bahwa aparat penegak hukum sebaiknya tidak hanya memproses hukum mereka yang melakukan kerusuhan, tetapi juga memproses aktor intelektual di belakangnya, karena pihak tersebut adalah pihak yang sebenarnya wajib bertanggung jawab atas insiden ini termasuk juga masalah biaya pengobatan.

Proses mediasi sempat diwarnai keributan, pasalnya dari beberapa kalangan yang mayoritas berasal dari Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur, dan terbagi lagi menjadi beberapa kelompok. Mereka berebut menjadi pihak yang kompeten menyuarakan aspirasinya. Namun akhirnya mereka bisa menyatukan pendapat.

Menengahi isu banyaknya korban jiwa yang berjatuhan atas insiden ini. Kombes Karyoto angkat bicara. "Korban ada 11 orang, 8 luka berat, dan 2 orang kritis, dan 1 orang meninggal dunia," ucapnya tegas.

Baca juga:

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved