Danau BekasTambang Dijajaki Jadi Sumber Air Baku
Sungai Sangatta hingga saat ini masih menjadi satu-satunya sumber air baku bagi PDAM Tirta
TRIBUNNEWS.COM SANGATTA, Sungai Sangatta hingga saat ini masih menjadi satu-satunya sumber air baku bagi PDAM Tirta Tuah Benua Kabupaten Kutai Timur. Ketika kondisi kekeruhan air tinggi, maka operasional PDAM akan terganggu.
Informasi yang dihimpun Tribun dari PDAM Kutim, standar air baku yang layak diolah maksimal 500 NTU (Nephelometric Turbidity Units atau satuan untuk mengukur kekeruhan air baku, red). Tetapi air yang berasal dari Sungai Sangatta kadar minimalnya saja 900 NTU.
Bahkan lebih dari dua pekan terakhir, kualitas air baku yang berasal dari Sungai Sangatta mencapai 3000 NTU. Dengan kondisi seperti itu, bisa jadi kapasitas produksi akan dikurangi atau dihentikan. Bahkan selama ini, PDAM menggunakan sistem buka tutup (pemadaman) secara bergiliran.
Kepala Bagian Pembangunan Setkab Kutim, Suprihanto, Senin (18/6/2012), mengatakan PDAM Kutim memang memerlukan sumber air baku alternatif selain Sungai Sangatta. Karena itu Pemkab juga menjajaki beberapa alternatif.
"Sementara ini sumber air baku memang mengandalkan Sungai Sangatta. Namun sebagai back up, kami mempersiapkan dua folder di sekitar Jalan Pendidikan," katanya. Kedua folder ini masih dalam tahap penyelesaian. Pembangunannya masuk dalam proyek multiyears yang ditargetkan selesai tahun ini.
"Kedua folder itu nantinya akan menjadi back up. Sumber utama tetap Sungai Sangatta. Namun terus terang saja kita tidak bisa mengantisipasi adanya perubahan kondisi sungai yang secepat itu," katanya. Walaupun teknik pengolahan air sudah dimaksimalkan, tetap saja jadi masalah ketika raw material-nya sangat keruh.
Selain membangun folder, Pemkab Kutim juga akan menjajaki pemanfaatan kawasan eks pit tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang kini telah menjadi danau untuk menjadi sumber air baku PDAM. Namun hingga saat ini belum ada pembicaraan resmi.
"Kami akan menjajaki pemanfaatan kawasan eks pit tambang PT KPC yang kini sudah menjadi danau atau telaga untuk menjadi sumber air baku PDAM. Jaraknya cukup dekat dengan intake PDAM di Kabo. Kami juga pernah mendapat informasi airnya layak dikonsumsi," katanya.
Namun pemanfaatan danau tersebut masih sebatas wacana. "Masih wacana. Belum ada komunikasi resmi tentang hal tersebut. Namun akan kami jajaki, karena bisa menjadi alternatif sumber air baku," katanya.
Ketika penjajakan itu mendapat sinyal positif, Pemkab masih tetap akan melakukan penelitian. "Tentu akan ada penelitian sebagai justifikasi untuk menilai air itu layak dikonsumsi. Kalau given, kami belum berani," katanya.
Sedangkan terkait kemungkinan pembangunan waduk menjadi sumber air baku, Suprihanto mengatakan beberapa tahun lalu sebenarnya sudah dibahas, bahkan sempat dipresentasikan.
"Sebenarnya sempat dipresentasikan tentang pembangunan waduk di kawasan tinggi di Kutim. Namun untuk membangunnya dibutuhkan persiapan yang komprehensif. Lahan yang dibutuhkan luas, biayanya besar, dan secara sosial juga perlu persiapan mendalam," katanya.
Infrastruktur tersebut sudah diagendakan, namun belum terealisasi. "Kami menilai waduk memang diperlukan. Mungkin bisa menjadi alternatif solusi di jangka panjang setelah pembangunan folder dan penjajakan pemanfaatan danau eks pit tambang," katanya.
Sementara itu pihak PT KPC belum memberikan penjelasan dan tanggapan resmi tentang rencana Pemkab Kutim menjajaki danau eks pit tambang sebagai sumber air baku PDAM. (kholish chered)