Sarung Itu Bisa Tampil Feminin Lho
Selain batik, dunia fashion dalam negeri juga tengah mengembangkan kain jumputan, lurik, serta sarung sebagai bahan rancangannya.
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Selain batik, dunia fashion dalam negeri juga tengah mengembangkan kain jumputan, lurik, serta sarung sebagai bahan rancangannya. Untuk mempertahankan ciri khas kain, perancang umumnya bereksplorasi pada desain pakaian, sementara motif kain akan mengikutinya. Atau terkadang, perancang memilih detil kain tertentu dan memanfaatkannya menjadi bagian dari rancangan.
Mengolah kain tradisional menjadi sebuah rancangan, menjadi tantangan tersendiri bagi setiap perancang. Terlebih karena kain tradisional kebanyakan mempunyai motif yang tegas, maupun sulit dipadu padankan. Kain tradisional juga mempunyai kecenderungan sulit didapat dan harus dirawat secara khusus. Perawatan khusus dibutuhkan bagi kain-kain tradisional terutama kain yang memerlukan pewarnaan khusus seperti warna alam.
Seperti rancangan karya Ari Sudewa sengaja tidak mematok bahan, atau warna khusus pada setiap rancangannya. Bahkan, Ari sengaja menabrakkan bahan maupun warna yang dinilainya cocok.
"Ada desainer yang sering mengaku lari ke batik, namun jujur saja saya tidak pernah membuat batik tetapi membeli kainnya jadi saya masih sungkan menyebut karya batik apalagi buat tekstilnya, saya tetapi lebih sering disebut itu desain saya," ujarnya kepada Tribunjogja (grup Tribunnews.com), beberapa hari lalu.
Dalam fashion shownya yang digelar Minggu, 10 Juni kemarin, Ari Sudewa menampilkan 32 karya yang 80 persen merupakan busana ready to wear" dan beberapa baju pesta black dress di pengujung acara. Dalam fashiom show-nya yang diadakan di Lobby Lounge Royal Ambarrukmo lalu, Ari Sudewa sengaja menggunakan bahan - bahan kain seperti batik katun, jumputan, lurik, taffeta, sifon, sarung, satin bridal.
Bertemakan "Ethnoqu - Diversity Of Colour", peragaan ini mengkombinasikan bahan-bahan tersebut dengan potongan- potongan pola simple, kasual namun tetap eye catchy. "Bahan-bahan ini dipilih karena mudah didapat dan mudah dirawat," tambahnya.
Kali ini, Ari kembali mempopulerkan Kain Sarung yang identik dikenakan pria, dikombinasikan dengan Batik Wukirsari Imogiri Yogyakarta yang menghasilkan busana siap pakai medium dengan warna-warna cerah. Rancangan Ari terbilang unik karena teknik yang digunakannya dibuat lebih modern yang tidak terbatas materi batik, lurik tetapi dari bahan-bahan kain yang lain.
Bahan-bahan sarung yang berwana cerah ini sebelumnya dicuci, direndam air hangat selama satu jam lalu diperas dan dijemur baru digunakan. Sebab bahan sarung sekarang ini tidak murni katun, namun tampilannya bisa halus dan nyaman dikenakan. Misalnya sarung dipadukan dengan batik gradasi warna dari bahan kimia bukan warna alam sehingga tidak luntur, model drees biasa dengan krah serong atau sabrina dengan model klasik.
"Ada pula bahan sarung kombinasi batik yang asimetris sesuai dengan kerahnya, batik dipaksakan tidak dominan tapi mempermanis busana karena sarunglah yang mendominasi. Selain itu sarung ada juga yang dipadukan dengan bolero dengan bahan sarung dan chiffon yang feminim. Warna dan motifnya tidak keliatan sarung malah keliatan lurik," ucap Ari.
Menurutnya setiap desainer pasti membutuhkan inovasi yang baru dan lain dalam setiap karyanya agar mampu berkembang. Sarung yang identik dikenakan pria diubahnya menjadi dress, kemeja hingga bolero dengan warna-warna yang feminim namun juga masih masuk dipakai pria.
Ari berharap, koleksi karya - karyanya dapat membumi bagi para pecinta fesyen yang berjiwa muda. Ide desain yang mengalir apa adanya dan tidak terorientasi trend tertentu akan memperkuat ciri busananya yang kental dengan penggunaan permainan warna , tabrak warna dan kombinasi warna yang catchy.
Klik juga: