Sabtu, 4 Oktober 2025

Belum Setahun Irigasi Senilai Rp 5 Miliar Ambruk

Warga Kecamatan Bengo dan Lappa Riaja, Kabupaten Bone, mengeluhkan jaringan irigasi desa yang belum setahun digunakan namun sudah ambruk.

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Belum Setahun Irigasi Senilai Rp 5 Miliar Ambruk
Tribun Timur/Mahyudin
Irigasi yang menghubungkan dua kecamatan Bengo dan Lappa Riaja, Kabupaten Bone dan menelan anggaran tahun 2011 sebesar Rp 5 miliar ini belum cukup setahun dipergunakan oleh warga, namun sudah ambruk.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Mahyuddin

TRIBUNNEWS.COM, WATAMPONE - Warga Kecamatan Bengo dan Lappa Riaja, Kabupaten Bone, mengeluhkan jaringan irigasi desa yang belum setahun digunakan namun sudah ambruk.

Pasalnya, irigasi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas padi justru mengancam sawah petani kering. Ironisnya, irigasi yang menghubungkan dua kecamatan dan menelan anggaran tahun 2011 sebesar Rp 5 miliar ini belum cukup setahun dipergunakan oleh warga.

"Pada tahun 2011 irigasi ini sudah tiga kali ambruk. Meski selalu diperbaiki namun irigasi ini tetap saja ambruk," ungkap Ketua Komunitas Masyarakat Anti Kriminal dan Korupsi (Kontak), Asrul, Selasa (5/6/2012) kepada Tribun Timur (Tribun Network).

Ia juga menjelaskan kerusakan irigasi yang terparah ada di Dusun Lappa Batunge, Desa Buluallapporenge, Bengo, Kabupaten Bengo. Pada bagian ini, kondisi irigasi sudah seperti parit yang terbuat dari tanah dan tidak dialiri air lagi.

Menurut Asrul, seharusnya anggaran yang dikeluarkan pemerintah jangan disia-siakan hanya untuk membangun sesuatu yang tidak bermanfaat apalagi sampai merugikan masyarakat. Terlebih bulan ini sudah mendekati musim tanam.

Menurut warga setempat, Bahri, sejak dibangun irigasi yang menelan anggaran Rp 5 miliar itu tidak bisa difungsikan karena bangunannya selalu runtuh. Selain itu keberadaan bangunan tersebut sangat merugikan karena setiap kali bangunan diperbaiki setelah runtuh, pihak kontraktor kemudian menggali lagi reruntuhan bangunan, tanah galian itu diangkat dan menutupi sebagian lahan sawah masyarakat.

"Sebenarnya saya sangat dirugikan, itu coba lihat, sawah saya ratusan meter tertimbun, padahal itu sudah saya tanami padi, tapi katanya ini maunya pemerintah, tidak boleh dibantah, jadi kami kasihan masyarakat kecil hanya pasrah saja," ujar Bahri sambil menunjuk sebagian sawahnya sudah tertimbun hasil galian irigasi tersebut.

Direktur PT Cisko, Cici yang dikonfirmasi membenarkan jika irigasi yang dikerjakan itu selalu rusak dan ambruk saat musim penghujan tiba. Ia juga menjelaskan, seharusnya irigasi itu menggunakan beton sehingga daya tahan bangunan kuat. Menurutnya, kondisi geografis letak saluran irigasi tersebut sangat labil sehingga bangunan selalu runtuh.

"Kondisi alamnya juga memang bermasalah, tanahnya labil dan tempat saluran rendah," Cici menjelaskan.

Staf Bagian Perencanaan dan Pemberdayaan Petani Dinas Pekerjaan Umum Sub Sumber Daya Air Kabupaten Bone, Mustafa mengatakan, secara struktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten tidak memiliki hubungan koordinasi dengan pelaksana proyek tersebut, karena anggaran dan semua tekhnis pelaksanaannya dibawah kendali Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulsel.

"Tapi saya juga sudah pantau di lokasi memang selalu rusak, saat ini sementara diperbaiki lagi, tapi kalau sudah terlanjur rusak seperti asas manfaatnya sudah susah untuk optimal," ucap Mustafa.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari warga, panjang saluran irigasi sekitar 2 kilometer dan yang tidak bisa difungsikan secara optimal karena mengalami kerusakan yang cukup parah itu mencapai sekitar 1 kilometer.

Baca juga:

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved