Jumat, 3 Oktober 2025

Ketika 31 Wartawan Ibukota 'Ditawan' Anggota Geng Motor

Sebanyak 31 wartawan Ibukota dari berbagai media, baik media televisi, suratkabar, majalah, dan online yang tergabung dalam

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Sebanyak 31 wartawan Ibukota dari berbagai media, baik media televisi, suratkabar, majalah, dan online yang tergabung dalam “Press Tour & Outbound Media Dirgantara 2012” mengunjungi Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, selama tiga hari (30/5/2012 sampai (1/6/2012).

Dalam acara tersebut, dengan bermalam di tenda, sebuah skenario dengan pesiar malam, caraka malam dan pendadakan pun dilakukan. Disimulasikan puluhan wartawan diculik oleh sekelompok geng motor pada malam hari. Semua wartawan dibawa ke dalam truk dengan tangan terikat serta dua mata ditutup. Setelah beberapa jam di dalam truk, semua wartawan diturunkan ke sebuah pemakaman warga.

Sesampainya di makam, beberapa anggota Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU, memberikan sebuah pesan yang harus disampaikan kepada seseorang yang sudah menunggu. Dalam membawa pesan tersebut, berbagai rintangan di lokasi ditempuh wartawan, diantaranya menelusuri sungai.

Ledakan dari bom TNT pun membuat para jurnalis tersentak dari tidur. Disambut tembakan senapan mesin, para awak media pun keluar dari tenda pleton untuk mendengarkan arahan dari pelatih. Di pagi harinya, sejumlah materi dan kegiatan yang memeras fisik pun harus dilewati. Diantaranya, jungle survival, latihan menembak dan lain-lain.

Salah satu materi yang berkesan bagi awak media adalah jungle survival atau bertahan hidup di alam (hutan).

"Seorang wartawan harus bisa memahami situasi perang. Termasuk apa yang harus dilakukan jika menemukan peledak," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI AU, Azman Yunus kepada wartawan.

Dalam kondisi peperangan, wartawan dituntut dapat melakukan 3 hal. Pertama mengenali dan mewaspadai setiap gerakan kaki, untuk menghindari 'bobby trap' atau kawat jebakan.

Bobby trap biasanya dipasang mengitari markas prajurit, di semak belukar, atau di tempat tertentu yang dilewati musuh. Warna kawat menyerupai kondisi sekelilingnya, samar.

Musuh biasanya memasang bobby trap dengan senjata penghancur granat jenis TNT. Sehingga ketika seseorang menginjaknya, maka daya ledak granat dapat seketika membunuh.

Kedua, wartawan juga dituntut mengenali dan bisa menggunakan senjata api. Meski berbeda, secara garis besar metode yang digunakan saat membidik sasaran tidak jauh berbeda. Posisi siaga, tenang, tahan nafas, dan kekeran mata saat menembak adalah poin pentingnya.

Ketiga, didalam kondisi peperangan, wartawan harus bertahan hidup dengan makanan yang ada di sekitarnya. Banyak tanaman, buah-buahan, bahkan ular berbisa yang bisa dimakan. Seperti buah markisa, jantung pohon pisang, daun sintrong, ubi rebung, daun pakis, hingga walu.

Sedangkan ular berbisa yang bisa dimakan antaranya kobra, tutul kuning dan lainnya. Namun untuk cara pemotongan ular, sebaiknya dilakukan satu jengkal dari kepala ular. Ini dimaksudkan agar kelenjar racun yang terdapat di sekitar kepala dan leher ular tidak ikut terpotong dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh ular.

"Ini semua penting bagi wartawan yang bertugas di lokasi perang," terang Azman.

Sementara itu, perwira Paskhas Lanud Abdulrachaman Saleh, Lettuomi, mengatakan, latihan dan materi yang diberikan diharapkan dapat bermanfaat bagi para awak media di lapangan.

"Memang setiap ada tamu yang kemari, kita berikan acara penyambutan yang berbeda dari yang lainnya. Jika teman-teman media datang ke Malang silakan mampir kemari lagi," jelas Romi.

Baca juga:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved