Panglima TNI: Wartawan dan Marinir Sudah Berdamai
Agus menambahkan, pihak Marinir telah mengganti kerusakan peralatan wartawan yang dirusak, dan membayar biaya rumah sakit.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah anggota Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang, yang terlibat penganiayaan wartawan saat penertiban lokasi prostitusi di Padang, Sumatera Barat, sudah saling berdamai.
Menurut Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, perdamaian dibutikan dengan kedatangan para anggota Marinir pelaku penganiayaan ke rumah sakit, tempat para korban dirawat.
"(Kekerasan marinir ke wartawan) sudah ditindaklanjuti. Di Padang, mereka sudah bertemu antara wartawan dengan marinir, dan sudah baik-baik. Sudah ada perdamaian di antaranya, dan tidak ada masalah," kata Agus sebelum mengikuti rapat di Komisi I DPR, Jakarta, Kamis (31/5/2012).
Agus menambahkan, pihak Marinir telah mengganti kerusakan peralatan wartawan yang dirusak, dan membayar biaya rumah sakit. Namun, tidak ada kompensasi dalam bentuk lainnya.
"Lho, kok pakai kompensasi segala? Masa wartawan selalu minta kompensasi, jangan dong," imbuhnya.
Menurut Agus, Polisi Militer TNI AL setempat telah memproses dan menahan 11 anggota Marinir yang terlibat penganiayaan tersebut. Namun, ia tak setuju jika para pelaku penganiayaan tersebut langsung dipecat dari kesatuannya.
Karena, sanksi kepada 11 anggota Marinir tergantung tingkat pelanggaran hukumnya.
"Jangan langsung begitu (pemecatan). Mari kita ikuti proses hukum, jangan main pecat begitu. Kalau proses hukum, katakan harus dipecat ya dipecat, kalau tidak ya tidak," tuturnya.
Sejumlah wartawan menjadi sasaran amukan belasan anggota Marinir, saat meliput petugas Satpol Pamong Praja (PP) yang melakukan penertiban 'warung remang-remang' di Kelurahan Gates Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat, Selasa (29/5/2012).
Mereka menghalangi wartawan televisi yang bertugas mengabadikan penertiban itu. Tak puas merampas kamera dan memory card yang berisi rekaman proses penertiban, puluhan petugas berseragam lengkap juga menganiaya wartawan.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, Agus menjelaskan, mulanya sekelompok anggota TNI hendak pulang dari kantor DPRD. Namun, rombongan Marinir melihat ada keributan di tengah penertiban dan berhenti.
Agus mengakui kejadian itu tak lepas karena ada saudara anggota Marinir yang membekingi 'warung remang-remang', ikut ditertibkan.
"Marinir kan manusia juga. Mereka sama juga dengan kita, manakala polisi tak terkendali, bisa saja itu terjadi," papar Agus. (*)
BACA JUGA