Jumat, 3 Oktober 2025

Euro 2012

Bagaimana Portugal Mengurangi Peran Sentral Ronaldo

Setelah 2006, prestasi Portugal di Piala Eropa dan Piala Dunia justru semakin buruk.

Editor: Dahlan Dahi
zoom-inlihat foto Bagaimana Portugal Mengurangi Peran Sentral Ronaldo
net
Cristiano Ronaldo

TRIBUNNEWS.COM - Ada bagusnya memiliki pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo. Tapi juga ada buruknya: begitu dia dimatikan, Portugal seperti sesak napas.

Dalam beberapa turnamen internasional, Portugal yang mengandalkan Ronaldo sering bermasalah. Tim Nasional Portugal belum pernah mengecap manisnya trofi juara Eropa dan juara dunia.

Permainan pendek cepat yang cantik ala tim Amerika Latin hanya pernah membuat mereka menjadi finalis Piala Eropa 2004 dan posisi keempat Piala Dunia 2006.

Setelah 2006, prestasi Portugal di Piala Eropa dan Piala Dunia justru semakin buruk. Padahal, mereka punya pemain bintang yang pernah menjadi pemain termahal, Cristiano Ronaldo. Delapan dari 11 pemain starter mereka juga menjadi pemain mahal yang bermain di berbagai liga di luar Portugal.

Pelatih Paulo Bento melihat peran sentral Ronaldo di timnas terlalu besar sehingga potensi para pemain lain justru tidak terpakai optimal. Ronaldo memang hebat, tetapi kerap menjadi kartu mati bagi timnya ketika dijaga ketat dan dikasari.

Oleh karena itu, Bento mengubah pola permainan dan merotasi posisi serta peran setiap pemain. Bento mencoba memaksimalkan talenta dari semua pemain agar timnas Portugal menjadi tim yang solid dan tajam.

Bento sadar, persaingan di Grup B melawan Jerman, Belanda, dan Denmark bakal sulit dimenangi jika timnya hanya mengandalkan Ronaldo sebagai pemain bintang. Keempat tim pernah saling mengalahkan dan terkenal dengan kemampuan tim yang tangguh. Permainan tim yang kompak, teratur, dan agresif bakal membuat peluang menang lebih besar.

Lebih dinamis

Perombakan Bento berhasil membuat tim menjadi lebih dinamis dan tajam. Tendangan bebas pun tidak lagi dimonopoli Ronaldo karena semua pemain diberi hak mengeksekusi. Hasilnya, dari delapan partai kualifikasi dan play off, Portugal berhasil menang enam kali, imbang satu kali, dan kalah satu kali.

Bento menerapkan pola 4-3-3 agar variasi serangan dapat dilakukan melalui tengah dan sayap. Serangan sayap melalui Ronaldo di kiri atau Nani di kanan bakal sangat mematikan karena keduanya terkenal sangat tajam dalam melakukan penetrasi, mengumpan, dan mencetak gol.

Namun, ramuan Bento untuk pemain depan tim Portugal masih dikritik. Dalam dua laga persahabatan melawan Polandia pada Februari serta Macedonia pada Sabtu (26/5), Portugal hanya bermain imbang 0-0.

”Kami bermain melawan tim yang bertahan sangat dalam. Sangat repot melawan tim seperti ini. Kami sedang bersiap melawan Jerman di laga pertama Grup B. Pertandingan itu sangat penting karena kami berpeluang lolos jika mengalahkan Jerman,” kata Ronaldo seusai melawan Macedonia. (Caesar Alexey)

Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved