Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Tritura dan Gerakan Anti SBY-Boediono

Kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial-kemasyarakatan dalam beberapa tahun terakhir ini terus memburuk

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Tritura dan Gerakan Anti SBY-Boediono
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta ibu negara Ani Yudhoyono menemui keluarga korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak Jawa Barat,di Posko Pusat Krisis di Bandara Halim Perdanakusuma, Jumat (11/5/2012). Presiden menyampaikan keprihatinan dan meminta keluarga korban bersabar menunggu proses evakuasi yang sulit karena medan berat. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial-kemasyarakatan dalam beberapa tahun terakhir ini terus memburuk. Rakyat semakin susah dan kehilangan harapan karena tidak ada lagi tempat mengadu. Mau beribadah harus bersimbah darah. Negeri ini telah kehilangan kepemimpinan dan keteladanan.

Lembaga-lembaga negara nyaris tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Para penyelenggara negara di semua lini sibuk membangun citra sambil terus memperkaya diri.

Lembaga kepresidenan sebagai pemimpin pemerintahan (eksekutif) tidak bisa memberi keteladan dalam menjalankan prinsip-prinsip clean government dan good governance. Akibatnya menjadi hal yang lumrah bila jajaran eksekutif di semua tingkatan, dari kabupeten/kota sampai Istana hanya menghasilkan kebijakan-kebijakan yang koruptif.

Maka perekonomian nasional yang dikatakan pemerintah dalam iklan-iklan di media massa mengalami pertumbuhan (6,5 persen), kenyataannya hanya bualan. Karena lapangan kerja, sebagai indikator dan cermin adanya pertumbuhan ekonomi, tidak kunjung tersedia. Maka menjadi TKI (tenaga kerja) di luar negeri, meskipun taruhannya penyiksaan yang bisa menewaskan, tetap merupakan pilihan rakyat Indonesia untuk bertahan hidup.

Dalam suasana semakin menurunnya pendapatan, bahkan kaum buruh harus demonstrasi berhari-hari hanya untuk meminta tambahan upah beberapa ratus ribu rupiah, tak kuasa nengejar harga-harga kebutuhan hidup (termasuk biaya pendidikan dan kesehatan) yang kian tak terkendali. Sangat mahal.

Para wakil rakyat di legislatif juga tak menghiraukan nasib mayoritas rakyat Indonesia. Mereka asyik berkomplot merampok APBN, dan tak segan-segan berdagang undang-undang. Semua itu demi setoran kepada para pemimpin partai, majikan mereka yang sebagian menjadi anggota kabinet, anak buah Presiden Susilo.

Itu sebabnya begitu banyak (puluhan) Undang-undang dibuat hanya untuk menyenangkan para cukong, tak perduli itu menyengsarakan rakyat dan bertentangan dengan Konstitusi.

Maka kini rakyat tak punya pilihan selain meneriakkan sikap dalam bentuk TriTura (Tiga Tuntutan Rakyat) sebagaimana dulu (1965) disuarakan mahasiswa dan para aktivis pergerakan: 1. Turunkan Harga, 2. Turunkan Rezim Korup Yudhoyono-Boediono, 3. Cabut Undang-undang yang menyengsarakan rakyat dan bertentangan dengan UUD 1945.

Situasi hari-hari ini memang nyaris sama dengan suasana hari-hari Indonesia di penghujung tahun 1965…!

Yosef Sampurna Nggarang
GAS
(Gerakan Anti-Susilo)

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved