Film Romo Soegija
Pak, Apakah Pernah Melihat Uskup Makan Soto?
Vatikan adalah salah satu dari negera-negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. "Ini adalah jasa Monsinyur Soegijapranata."
FILM layar lebar Soegija berkisah tentang perjuangan dan kepahlawanan Monsinyur Albertus Soegijapranata, segera diputar di bioskop-bioskop 7 Juni 2012. Siapa sosok Soegija, dan apa perannya sehingga layak difilmkan?
Pastor FX Murti Hadi Wijayanto SJ selaku produser Film Soegija mengatakan Vatikan adalah salah satu dari negera-negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. "Ini adalah jasa Monsinyur Soegijapranata," ujar Romo Murti. Berikut tulisan Romo Murti disajikan tribunnews.com secara bersambung.
6 November 1940, Gereja Randusari, Semarang, Jawa Tengah. Siang hari itu Gereja Randusari yang biasanya lengang tiba-tiba menjadi ramai dikunjungi banyak orang, banyak tamu penting datang. Warga Katolik punya hajatan besar yaitu pentahbisan Gembala mereka yang baru.
Uskup yang terpilih itu adalah Rama (baca Romo) Albertus Soegijapranoto SJ yang karena kedudukannya sebagai uskup kelak lebih dikenal dengan sebutan Rama Kanjeng.
Suasana kesibukan, yang tidak biasa, sangat terasa di belakang gereja. Para imam dan umat Katolik Jawa berjalan hilir-mudik mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara misa pentahbisan uskup mereka yang baru.
Dalam kelelahan tampak wajah bahagia mereka seolah ingin mengatakan semua harus berjalan sempurna. Seorang imam lewat membawa kasula yang akan dipakai uskup baru, para frater yang menjadi misdinar mempersiapkan Wiruk.
Dari ujung yang lain seorang imam membawa mitra untuk uskup yang baru. Orang-orang Katolik Jawa masih membersihkan tempat lilin. Dan seorang imam lewat membawa cincin permata yang akan dipakai oleh uskup yang baru. Semua tampak sibuk.
Sementara itu di dalam Gereja umat dan tamu undangan menanti dengan penuh harap wajah uskup mereka yang baru. Tampak di sana umat Katolik Jawa yang sederhana diam di dalam gereja. Umat Indo dan Belanda lebih santai berada di dalam gereja.
Sementara tokoh-tokoh penting Gereja Katolik menemani tamu-tamu undangan dari Kraton dan tokoh Masyarakat. Mereka berdiri ketika arak-arakan para Uskup mulai memasuki Gereja. Upacara pentahbisan pun dimulai, upacara berjalan dengan khidmad. Sampai akhirnya di ujung upacara Monsignor (Mgr) baca Monsinyur Willkens SJ mengatakan, "Umatku semua..."Inilah Gembalamu!"
Lalu mulailah Monsinyur Soegijapranata berjalan di antara umat dengan sorak sorai dari umat, dan umat mencium tangan Rama Kanjeng, Rama Kanjeng, sapaan Monsinyur Albertus Soegijapranata, uskup pribumi pertama di gereja Katolik Indonesia.
4 bulan sebelumnya, 1 Agustus 1940, Pastoran Gereja Bintaran, Yogyakarta. Pagi itu Rama Soegija termenung menatap sebuah telegram tentang pengangkatannya sebagai uskup. Baginya menjadi uskup itu adalah sebuah salib.
Ia terkenang masa kecilnya di desa. Ia ingat kisah dari ibunya ketika ia diruwat harus dibuang ke sampah lalu diambil lagi. Ia juga ingat ketika ibunya mengajarinya mati raga. Ia ingat ketika di sawah dan bercakap-cakap tentang ciptaan ini. Ia juga ingat ketika menantang berkelahi sinyo-sinyo karena situasi ketidakadilan yang ia terima.
Lamunannya kembali terhenyak ketika Pak Hardjo, pembantu pastoran, datang masuk membawa saoto untuk sarapan pagi Rama Soegija. Rama Soegija bertanya, "Pak Hardjo, apakah pernah melihat seorang uskup makan saoto?"
Pak Hardjo bingung. Lalu masuk kembali ke dapur dan bertemu dengan pembantu-pembantu lain. Mereka pun mengira Rama Soegija sedang sakit atau malah kesurupan.
Tetapi bersamaan dengan itu, dari radio terdengar di luar pengumuman dari MAVRO (Studio Radio di Yogyakarta) bahwa Rama Soegija diangkat jadi uskup. Baru pahamlah mereka. Tetapi di dalam ruangan kamar makan, wajah Rama Soegija malah semakin suram. Menjadi Uskup di zaman seperti ini, salib apa akan kupikul, katanya dalam hati. Wajahnya kembali menerawang jauh, dan... (romokanjengthemovie.com)
Baca Berita Terkait:
Aktor Romo Soegija Seorang Muslim
Soegija, Kisah Kepahlawanan Uskup Pribumi
Bedah Film Soegija di WTC