Film Romo Soegija
Film Soegija Dipersiapkan Sejak Lima Tahun Lalu
Rencana untuk memproduksi sebuah film tentang Mgr Albertus Soegijapranata SJ, telah dimulai sejak lima tahun lalu.
TRIUNNEWS.COM, JAKARTA- Rencana untuk memproduksi sebuah film tentang Mgr Albertus Soegijapranata SJ, telah dimulai sejak lima tahun lalu. Studio Audio Visual (SAV) Pusat Pengembangan Masyarakat (Puskat) Balai Budaya Sinduharjo yang bermarkas di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta mulai membahas film tentang uskup pribumi pertama di Indonesia dan Pahlawan Nasional itu sejak tahun 2008.
Menurut Marketing dan Trainer di Studio AV Puskat FX Tri Mulyono, rencana ini digagas bersama Romo G Budi Subanar SJ, sutradara Garin Nugroho, dan seniman Djaduk Ferianto. Semula, kisah tentang Uskup Albertus Soegijapranata SJ direncanakan hanya diproduksi dalam bentuk DVD, akhirnya diproduksi menjadi sebuah Film layar lebar.
Film cerita yang bukan sekadar sebuah dokumentasi sejarah secara audio visual. Film ini pun tetapi memotret nilai-nilai kepahlawanan dan semangat nasionalisme sehingga dapat diselami, dirasakan dan pada akhirnya akan dihidupi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama bagi Indonesia yang beragam.
Film ini merupakan sebuah persembahan bagi bangsa Indonesia tentang seorang Pahlawan Nasional yang besar kecintaannya pada tradisi, berpihak pada kaum lemah, kuat dalam pembentukan afeksi kecintaan pada bangsa dan Negara Indonesia.
SAV Puskat, organisasi nirlaba yang selalu berupaya untuk menyalakan "lentera perdamaian". Misi ini sejalan dengan keyakinan Romo Kanjeng (panggilan Mgr Soegijapranata) "Meskipun dalam keadaan perang, tetapi tidak boleh ada kebencian yang hidup di dalam hati kita."
Monsignor (Inggris) atau Monseigneur (Prancis), merupakan gelar kehormatan dalam Gereja Katolik Roma. Monsignor biasa disingkat Mgr biasanya merupakan kepala gereja regional yang diangkat Paus.
Ada makna yang mendalam di balik ungkapan Romo Kanjeng itu. Setelah Jepang menyerah, di kota Semarang masih sering terjadi provokasi dari para pemuda Semarang untuk menyerang Jepang sehingga terjadi pembantaian besar-besaran yang memicu pecahnya perang lima hari di Semarang (15-20 Oktober 1945).
Mgr Soegija menasihati pemuda Semarang supaya tidak mempunyai kebencian di dalam hati, dan berhasil mempertemukan pimpinan tentara Sekutu, dan pimpinan tentara Jepang di Gereja Gedangan untuk menghentikan perang itu.
Mgr Soegija menyalakan "lentera perdamaian". Lentera perdamaian yang sama harus terus kita nyalakan dan tularkan, antara lain melalui film ini. Film ini bukan film dakwah, melainkan film yang mengajak kita semua menata kembali karakter sebagai bangsa yang luhur. (*)
Baca Berita Terkait:
Aktor Romo Soegija Seorang Muslim
Soegija, Kisah Kepahlawanan Uskup Pribumi
Bedah Film Soegija di WTC